Jayapura, jurnalredaksi– Masyarakat mengapresiasi kembalinya sejumlah anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) ke NKRI pada 18 Desember 2021. Para mantan anggota separatis ini menyadari bahwa OPM hanya organisasi pembelot yang menjual mimpi tentang kemerdekaan Papua.
Gejolak di Papua sudah berlangsung sejak Era Orde baru, yang dipicu oleh prasangka OPM (Organisasi Papua Merdeka) yang tidak yakin bahwa hasil Pepera (penentuan pendapat rakyat) itu valid. Ditambah lagi sistem sentralisasi pada orde baru membuat tidak meratanya pembangunan sehingga warga merasa dianaktirikan. Setelah ada desentralisasi pada orde reformasi maka baru ada pembangunan yang pesat di Bumi Cendrawasih.
Setelah ada pembangunan di Bumi cendrawasih bukan berarti KST (kelompok separatis dan teroris) berhenti 100%. Mereka seolah tertutup mata hatinya dan terus menyalahkan pemerintah Indonesia. Namun bukan berarti semua anggota KST ingin secepatnya mendirikan Republik Federal Papua Barat, karena ada juga yang menyerahkan diri ke pangkuan ibu pertiwi.
Puluhan eks anggota KKB yang akhirnya menyerahkan diri, di daerah Yapen, Papua. Tepatnya di Kampung Ambaidiru, Distrik Kosiwo, Papua. Mereka datang dan mengucapkan ikrar setia kepada Republik Indonesia sambil mencium bendera merah putih. Peristiwa ini juga dihadiri oleh Tokoh Kampung Adat Ambaidiru, Simon Rawai, dan Kepala Kampung Yohan Karubaba.
Saat prosesi penyerahan diri ini juga dihadiri oleh Kapolres Yapen AKBP Ferdiyan Indra Fahmi, Dandim 1709/Yawa Letkol Inf Catur Prasetiyo Nugroho, Asisten 2 Sekda Yapen Kepulauan, Edi Niko, dan Kakesbangpol Sony Woria.
J Karubaba yang menjadi perwakilan dari eks anggota KST mengaku berterima kasih kepada semua pihak yang peduli kepada mereka. Eks KST bahkan diberi pekerjaan yang layak. Hal ini menunjukkan bahwa jika ada eks KST yang sukarela menyerahkan diri, akan disambut dengan baik dan dirangkul oleh aparat dan pejabat lokal.
Penyerahan diri eks anggota KST patut diapresiasi karena strategi pemerintah berhasil. Beberapa saat lalu pemerintah mencanangkan skema baru dalam memberantas KST yakni dengan dialog dari hati ke hati, intinya merangkul mereka karena sama-sama warga Indonesia. Hanya saja pemikiran merekalah yang perlu diluruskan.
Selain itu, ketika ada eks anggota KST yang menyerahkan diri maka akan diberi pekerjaan baru, sehingga mereka bisa meninggalkan masa lalunya yang kelam, lalu memulai hari baru dan bangga menjadi warga negara Indonesia. Jika mereka diberi mata pencaharian maka tidak akan terpikir untuk jadi preman atau melakukan tindakan negatif lainnya.
Disambutnya eks anggota KST dengan hangat , menunjukkan bahwa sebenarnya tidak ada rasa takut jika akan menyerahkan diri. Para anggota KST lain diperbolehkan untuk menyerahkan diri juga, karena mereka tidak takut akan ditangkap atau dibui dengan kejam. Kesalahan mereka akan dimaafkan, dengan catatan wajib menyerahkan senjata api dan senjata tajam, serta tidak mengulangi perbuatannya lagi.
Peristiwa penyerahan diri puluhan eks anggota OPM ini mengingatkan masyarakat pada Tenius Tebuni, eks OPM yang juga kembali ke NKRI. Ia mengaku sangat trauma karena saat akan bergabung dengan organisasi pemberontak itu dijanjikan kehidupan yang baik. Akan tetapi malah kelaparan saat di hutan.
Anggota OPM lain dihimbau untuk menyerahkan diri juga, karena mereka tidak akan diinterogasi atau dipenjara. Namun mereka dipastikan akan disambut hangat dan diberi pekerjaan yang layak, sehingga bisa memulai hari baru yang lebih baik. Kembalinya banyak eks anggota OPM ke pangkuan ibu pertiwi wajib diapresiasi karena diharapkan dapat membawa masa depan Papua yang lebih cerah.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Bali
(AJ/AA)