Jakarta, jurnalredaksi– Para perajin tahu tempe Jakarta berharap agar pemerintah kembali memasukkan kedelai dalam pengelolaan Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) alih-alih dikelola swasta agar harga tetap stabil.
Ketua Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Kopti) Jakarta Pusat, Khairun, meminta pemerintah tanggap menangani masalah kedelai yang menjadi isu sejak lama.
“Para perajin tahu tempe berharap pengelolaan kedelai kembali dipegang Bulog dan jangan swasta,” kata Khairun.
Menurutnya, jika dipegang Bulog, harga kedelai akan lebih aman dan stabil daripada di bawah pengelolaan swasta.
“Kalau dikelola swasta ya terombang-ambing. Mau kita kan dipegang pemerintah, seperti zaman Orde Baru yang pegang kan Bulog,” paparnya.
Salah satu pengrajin tempe yang tergabung dalam Paguyuban Tahu Tempe Nusantara (PATTEN), Agus, mengatakan ia sudah mulai kembali beroperasi sehari setelah mogok tiga hari.
“Harga kedelai semakin naik, bukannya turun. Sekarang sudah hampir Rp13.000,” katanya.
Agus mengatakan terpaksa mengurangi ukuran tempe hampir setengahnya untuk menyiasati ongkos bahan baku kedelai yang mahal. Sebelum mogok, harga kedelai mencapai Rp11.000 per kilogram, kemudian naik hingga Rp12.500 pada Jumat kemarin. Sebelumnya harga kedelai berada pada kisaran Rp8.000 per kilogram.
Para perajin tempe dan tahu se-Jabodetabek sepakat melakukan mogok produksi pada 21-23 Februari 2022 sebagai aksi protes melonjaknya harga kedelai impor.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyatakan kenaikan harga kedelai di Indonesia karena beberapa permasalahan dari negara importir, salah satunya adalah cuaca buruk El Nina di kawasan Amerika Selatan.
Penyebab lain, kata Mendag, adah karena Cina telah membeli 60 persen hasil produksi kedelai dunia. Dia mengatakan Cina membeli lebih dari 100 juta ton kedelai untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya.
(CA/AA)