Jakarta, jurnalredaksi– Pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT G20) memiliki arti penting bagi Indonesia. Tak heran pemerintah mempersiapkan segalanya dengan sempurna, termasuk pembangunan dan perbaikan infrastruktur di Bali.
KTT G20 adalah pagelaran besar karena baru kali ini Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah. Untuk itu, semua persiapan harus dilakukan untuk menyambut para tamu dari delegasi berbagai negara di dunia. Bali sudah dipercantik agar siap menjadi tempat rapat yang nyaman, sekaligus aman karena menggunakan sistem bubble.
Pemerintah menyiapkan infrastruktur jelang KTT G20 yang akan dilaksanakan beberapa bulan lagi. Di antaranya adalah Kawasan Mangrove Tahura Ngurah Rai. Infrastruktur di sana terus dibangun karena dijadikan tempat showcase mangrove. Akan ada berbagai pembangunan seperti gerbang masuk, monumen G20, area plaza, beji, wantilan, dan jalur tracking mangrove.
Selain itu, di kawasan Mangrove Tahura Ngurah Rai akan dibangun area persemaian, arena penerima (lobby, ticketing), menara pandang, viewing deck ke arah Teluk Benoa, dan area parkir sekitar waduk Muara.
Infrastruktur lain yang dibangun adalah Embung Sanur. Juga ada rehabilitasi waduk Muara Nusa Dua. Meski saat ini progressnya belum 50% tetapi dipastikan akan selesai tepat waktu, sehingga saat KTT G20 dimulai bisa dikunjungi oleh para tamu delegasi.
Selain itu, ada juga pembangunan preservasi jalan dan jembatan sebanyak 9 ruas. Paket I terdiri dari preservasi jalan dan jembatan 7 ruas dengan total panjang 22 km. Tujuh ruas tersebut yakni Sp.Pesanggaran-Gerbang Benoa, Sp.Kuta-Sp.Pesanggaran, Sp.Kuta-Tugu Ngurah Rai, Sp.Lapangan Terbang–Tugu Ngurah Rai, Tugu Ngurah Rai–Nusa Dua, Sp. Pesanggaran–Sp.Sanur, dan Jimbaran–Uluwatu (GWK), dan Sp. Pesanggaran – Sp. Sanur (Sarangan).
Infrastruktur yang dibangun memang banyak karena KTT G20 adalah acara besar. Jadi, pembangunan sebanyak itu dirasa wajar karena untuk menyambut tamu dari mancanegara. Jika nanti Bali tampak cantik berkat dukungan infrastruktur maka akan membanggakan Indonesia, karena sebagai tuan rumah juga wajib bersolek di hadapan para delegasi G20.
Selain itu, ketika ada pembangunan di kawasan mangrove maka akan memperlihatkan eksotisme Bali, sehingga sekaligus menjual dari sisi pariwisatanya. Hal ini amat baik karena bisa memperbaiki bidang pariwisata di Pulau Dewata yang sempat kacau-balau karena efek pandemi.
Pembangunan di kawasan mangrove juga menunjukkan bahwa infrastruktur yang dibangun masih menjaga keseimbangan alam, sehingga tidak benar jika ada pameo yang berkata bahwa pembangunan akan selalu kontras dengan flora dan fauna. Pemerintah masih ingin membangun infrastruktur yang mendukung kecantikan alam Bali, karena memang perlu dijaga agar tidak rusak.
Ketika ada ruas jalan dan jembatan yang dibangun maka sudah jelas manfaatnya akan membuat mobilitas para tamu delegasi G20 jadi lancar. Jalan akan baru, mulus, dan bebas hambatan sehingga mereka bisa makin cepat untuk berpindah tempat. Para tamu kan terpukau dan melihat betapa modernnya keadaan di Indonesia.
Ruas jalan yang apik ini juga akan sangat berguna bagi masyarakat Bali karena mereka bisa menggunakannya, sehingga akan lebih lancar dalam berkendara. Hal ini menunjukkan bahwa penyelenggaraan KTT G20 di Pulau Dewata tidak hanya menguntungkan pemerintah, tetapi juga rakyat Bali.
Pemerintah membangun berbagai infrastruktur di Pulau Dewata untuk mendukung kelancaran acara KTT G20. Forum internasional ini amat penting karena pemerintah akan beraudensi dengan para delegasi, sehingga terjalin hubungan bilateral yang harmonis. Pembangunan infrastruktur yang ada tidak hanya dengan membuat ruas jalan tetapi juga perbaikan di kawasan mangrove, sehingga terjadi keseimbangan alam.
)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers
(MR/AA)