Jakarta, jurnalredaksi– Presiden Joko Widodo telah resmi membuka Sidang Inter-Parliamentary Union (IPU) ke -144 pada 20 Maret 2020. Selain sebagai forum diplomasi antar parlemen, momentum tersebut menjadi panggung Indonesia untuk menunjukkan komitmen kesetaraan gender mengingat Parlemen Indonesia banyak diisi oleh perempuan.
Indonesia merupakan negara besar yang memiliki banyak keistimewaan, terutama dalam penerapan demokrasi. Kita pernah memiliki perempuan sebagai presiden, yakni Ibu Megawati. Bandingkan dengan di Amerika yang katanya lebih demokratis tetapi belum pernah punya presiden perempuan. Hal ini menujukkan bahwa di Indonesia lebih terdepan dalam hal kesetaraan gender.
Dalam Sidang IPU ke-144 yang tahun ini diadakan di Bali, juga diperlihatkan kesetaraan gender. Sekretaris Jendral IPU Martin Chungong menyanjung Ketua DPR RI Puan Maharani, “Bu Puan adalah satu dari 22% anggota parlemen yang ada di dunia saat ini dan kami ingin merayakannya, bahwa Anda adalah role model untuk melanjutkan dan juga meningkatkan keseimbangan gender dalam parlemen.”
Salah satu agenda dalam forum IPU tahun ini adalah membahas tentang kesetaraan gender. Tentu hal ini amat baik karena Indonesia sudah menunjukkan sebagai negara demokrasi yang memuliakan wanita dan menjunjung tinggi gender equality. Buktinya adalah banyak jabatan penting yang dipegang oleh perempuan, misalnya Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Jika Indonesia sudah menunjukkan kesetaraan gender maka amat baik karena bisa jadi teladan dan ditiru oleh negara-negara lain yang jadi anggota IPU. Jadi, mereka yang aktif di parlemen dan pemerintahan tidak hanya laki-laki, tetapi juga perempuan. Penyebabnya karena perempuan juga cerdas dan mampu berpolitik, malah lebih luwes dalam bergaul.
Dalam mencapai kesetaraan gender maka kita perlu membuang jauh-jauh pameo lawas “this is a man’s world”. Saat ini dunia tidak melulu dikuasai oleh laki-laki. Justru wanita yang dominan dan jadi pemimpin amat baik, karena lebih bisa mengerjakan banyak hal dalam satu waktu tetapi tetap fokus dalam berpikir dan bertindak.”
Martin Chungong menambahkan, “Sooner or later, di parlemen Indonesia, perbandingannya 50%-50% antara anggota laki-laki dan perempuan. Kepemimpinan perempuan amat baik karena jadi pemimpin yang brilian.” Dalam artian, perempuan bisa jadi pemimpin yang baik dan sudah ada sejak dulu, bahkan di era sebelum kemerdekaan. Sudah ada sultanah dari Aceh dan kerajaan-kerajaan lain yang dipimpin oleh seorang ratu.
Martin berharap tidak hanya ketua DPR-nya yang perempuan tetapi jumlah anggota parlemen di negeri ini yang merupakan kaum hawa akan lebih banyak. Penambahan jumlah anggota DPR RI perempuan amat baik, terutama karena pemilihan umum kurang 2 tahun lagi. Nanti para caleg di DPR RI atau DPRD akan diperbanyak dari kaum perempuan. Mereka bisa maju dan menunjukkan prestasi serta membanggakan daerahnya.
Ketika IPU berlangsung maka Indonesia akan unjuk gigi, terutama DPR RI yang jadi delegasi. Indonesia membuktikan bahwa ketua DPR yang merupakan wanita bisa mengatur acara IPU dengan amat baik, sehingga para delegasi amat terkesan. Walau forum diadakan di masa pandemi tetapi tetap disiplin dalam mematuhi protokol kesehatan.
Gelaran Inter Parliamentary Union di Bali tahun 2022 ini menunjukkan kesetaraan gender dalam pemerintahan. Hal ini amat baik karena banyak dipuji oleh delegasi dari parlemen negara lain dan juga pengurus IPU. Pemerintah Indonesia membuktikan bahwa di bawah kepemimpinan seorang perempuan, acara IPU bisa sukses besar dan menginspirasi banyak orang.
)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute
(AH/AA)