Jakarta — Pemerintah memastikan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang akan dijalankan secara nasional memiliki standar porsi dan kualitas yang terjamin. Program ini dirancang untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat, khususnya anak-anak sekolah, dengan pengawasan ketat dari berbagai pihak, termasuk lembaga independen.
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menegaskan bahwa kualitas makanan yang diproduksi oleh Stasiun Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) akan melalui proses akreditasi khusus. Proses ini tidak dilakukan oleh BGN secara langsung, melainkan oleh lembaga independen guna menjamin objektivitas penilaian.
“Nanti ada akreditasi terkait itu, bukan BGN dong, lembaga independen,” ujar Dadan. Ia menyebutkan bahwa akreditasi akan dilakukan berdasarkan indikator mutu dengan kategori unggul, baik sekali, dan baik.
Dadan menjelaskan bahwa akreditasi akan dilakukan setelah intervensi awal program mencapai skala maksimal, yaitu pada 2.000 SPPG yang melayani sekitar 6 juta orang.
“Nanti kita jalankan dulu intervensi sampai mentok di 2 ribu SPPG mencakup 6 juta orang, akan bertahan sampai Agustus, selama tidak bertambah SPPG kita akan lakukan akreditasi,” katanya.
Sementara itu, Pakar Gizi dari BGN Ikeu Tanziha menuturkan bahwa komposisi menu MBG selama bulan Ramadan 2025 akan menyesuaikan kondisi dan kebutuhan konsumsi saat berpuasa. Roti, telur, sereal, hingga buah kurma akan menjadi menu utama.
“Standar gizinya tetap sesuai standar gizi yang biasa,” ujarnya.
Ikeu menjelaskan, kebutuhan gizi pelajar dibedakan berdasarkan jenjang pendidikan. Untuk anak-anak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga kelas 3 Sekolah Dasar, porsi gizi MBG mencukupi 20–25 persen dari angka kecukupan gizi harian. Sedangkan untuk pelajar kelas 4 SD hingga tingkat SMA, mencakup 30–35 persen kebutuhan gizi.
Ikeu juga mengungkapkan bahwa menu MBG saat Ramadan dikonsep sebagai makanan kering guna mencegah risiko makanan basi yang dapat mengganggu keamanan pangan. “Makanan yang disimpan selama kurang lebih 11 jam berpotensi menyebabkan ketidakamanan dalam makanan tersebut. Sehingga diputuskan makanan kering,” jelasnya.
Kendati demikian, pihaknya tetap membuka ruang inovasi bagi setiap SPPG untuk mengembangkan menu makanan, selama tetap memenuhi standar kualitas, keamanan, dan gizi.
Dukungan terhadap program ini juga datang dari Wakil Ketua MPR RI, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas). Ia menilai MBG merupakan langkah nyata membangun generasi sehat dan cerdas sejak dini. “Program makan bergizi gratis harus berjalan dengan baik, tepat sasaran, dan berkualitas,” tegas Ibas.
Ia juga mendorong keterlibatan aktif para dokter, ahli gizi, dan influencer untuk mengawal program ini serta memastikan validasi data penerima akurat. “Agar kualitas sesuai, agar anggaran sesuai dan agar distribusi tepat sasaran, sesuai edukasi pentingnya gizi seimbang,” tambahnya.
Dengan pengawasan berlapis dan pelibatan berbagai pihak, program Makan Bergizi Gratis diharapkan menjadi tonggak penting peningkatan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia secara berkelanjutan. [-red]