Jakarta, jurnalredaksi– Sebelumnya seorang warga Amerika Serikat mengaku kepada BBC News Indonesia “merasa ditipu” dan “diancam dideportasi” sehingga harus keluar uang puluhan juta rupiah saat menjalani proses karantina setelah tiba di Indonesia.
Arahan Presiden Jokowi itu disampaikan saat Rapat Terbatas mengenai Evaluasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dari Bandar Udara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman, Kota Balikpapan.
Jokowi mengingatkan agar disiplin dalam melakukan pengetatan di pintu-pintu masuk dan pelaksanaan proses karantina yang benar dari luar negeri.
“Saya masih mendengar dan ini saya minta Kapolri untuk mengusut tuntas permainan yang ada di karantina. Sudah, karena saya sudah mendengar dari beberapa orang asing komplain ke saya mengenai ini,” kata Jokowi seperti yang dimuat di laman Sekretariat Kabinet RI Selasa (1/2)
Munculnya beragam peristiwa mengenai dugaan pelanggaran saat karantina disebabkan oleh lemahnya sistem pelaksanaan sehingga memunculkan oknum-oknum yang menjadi ‘mafia karantina’, kata aktivis migran.
Beberapa kasus pelanggaran karantina terjadi dalam setahun terakhir ini, seperti penangkapan 11 tersangka yang meloloskan WNA India tanpa karantina, kasus selebgram Rachel Venya yang menyuap oknum petugas untuk bebas karantina.
Kemudian, dugaan permintaan uang oleh oknum petugas kepada pekerja migran Indonesia dari Hong Kong agar bebas karantina, hingga dugaan ‘meng-covid-kan’ turis asing dari Ukraina dan Amerika Serikat agar menjalani isolasi di hotel.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno yang baru-baru ini memviralkan dugaan adanya penipuan yang dialami turis Ukraina mengatakan akan bertindak tegas melawan praktik kriminal tersebut.
Terkait dugaan pelanggaran itu, tim Satuan Tugas Penanganan Covid-19 meminta korban untuk melaporkan agar dilakukan penyelidikan.
Sementara itu, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) berharap agar dugaan pelanggaran tidak selalu dikaitkan dengan asosiasinya karena apa yang dilakukan hotel berdasarkan regulasi yang ditetapkan pemerintah.
Dua hari lalu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno dalam akun Instagram-nya mengunggah tulisan yang berisi keluhan seorang turis Ukraina saat menjalani karantina di Jakarta.
Turis tersebut merasa ditipu karena sehari sebelum keluar dari hotel, ia dinyatakan positif Covid-19 berdasarkan hasil tes PCR.
Turis itu bercerita, ia tidak diperbolehkan melakukan uji tes PCR dari luar untuk membandingkan hasil sebelumnya.
“Itu tidak adil dan benar-benar keterlaluan. Kami tidak memiliki gejala apa pun dan isolasi tambahan sangat mahal, jadi pasti saya merasa bahwa kami ditipu.”
“Saya memiliki teman yang berada di rumah sakit karantina yang diperlakukan seperti sandera, tanpa gejala apa pun dan saya memiliki anak bersama saya … itu sulit dipercaya dan saya butuh bantuan,” kata turis itu.
Sandiaga merespons dengan mengirimkan tim Kemenparekraf untuk menyelesaikan masalah itu.
“Mereka saat ini sedang menikmati pariwisata di Bali. Saya berharap ke depannya tidak ada lagi wisatawan yang mendapat pengalaman yang kurang mengenakkan. Saya tidak akan segan untuk menindak tegas oknum-oknum yang mencoba mengambil keuntungan namun mencoreng nama baik Indonesia!” tulis Sandiaga.
(CA/AA)