Oleh : Nina Mayang Sari )*
Kedatangan Presiden Prabowo Subianto di Uni Emirat Arab (UEA) menjadi babak awal dari rangkaian kunjungan diplomatik penting ke kawasan Timur Tengah yang sarat kepentingan strategis. Lawatan ini bukan sekadar agenda kenegaraan biasa, melainkan mencerminkan pergeseran orientasi diplomasi Indonesia menuju pendekatan yang lebih aktif, terbuka, dan berpengaruh dalam menghadapi dinamika global. Kunjungan ini menandai langkah konkret Prabowo dalam memperkuat posisi Indonesia di panggung internasional melalui diplomasi lintas kawasan yang cermat dan penuh perhitungan.
Di Abu Dhabi, Prabowo disambut dengan penuh kehormatan oleh Presiden UEA, Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan (MBZ), dalam sebuah pertemuan hangat dan bersahabat di Istana Qasr Al Shatie. Momen ini mencerminkan tidak hanya eratnya hubungan bilateral Indonesia-UEA, tetapi juga pengakuan terhadap posisi strategis Indonesia dalam peta global. Melalui diskusi intensif mengenai isu-isu geopolitik dan geoekonomi dunia, kedua pemimpin menunjukkan komitmen untuk menjadi bagian dari solusi atas berbagai tantangan internasional yang kian kompleks.
Kawasan Timur Tengah merupakan wilayah dengan posisi geopolitik yang sangat vital. Sebagai pusat energi dunia, kawasan ini juga memainkan peran besar dalam stabilitas politik global dan menjadi poros penting dalam transformasi ekonomi menuju diversifikasi pasca-minyak. Dalam konteks ini, Indonesia memiliki peluang besar untuk memperluas pengaruhnya melalui kemitraan ekonomi, pertahanan, pendidikan, hingga kebudayaan. Kunjungan Prabowo menjadi pintu masuk bagi penguatan posisi Indonesia sebagai mitra sejajar yang tidak hanya mengedepankan kerja sama ekonomi, tetapi juga solidaritas politik dan kontribusi terhadap perdamaian kawasan.
Tercapainya delapan nota kesepahaman (MoU) dan surat pernyataan minat (LoI) antara Indonesia dan UEA dalam berbagai sektor menunjukkan bahwa diplomasi yang dibangun oleh Prabowo tidak berhenti pada simbolisme semata. Hasil konkret ini memperlihatkan bahwa pendekatan aktif dan personal yang dilakukan mampu mempercepat penyepakatan kerja sama yang menguntungkan kedua negara. Kerja sama ini menjadi cerminan dari diplomasi ekonomi Indonesia yang kini menempatkan Timur Tengah sebagai mitra utama, sejajar dengan negara-negara besar lainnya di Asia, Eropa, dan Amerika.
Tidak hanya di UEA, safari diplomatik Prabowo ke negara-negara Timur Tengah lainnya seperti Turki, Mesir, Qatar, dan Yordania memperkuat citra Indonesia sebagai kekuatan regional yang memiliki daya tarik global. Konsultasi dengan Presiden Recep Tayyip Erdogan di Turki, Presiden Abdul Fattah as-Sisi di Mesir, Emir Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani di Qatar, hingga Raja Abdullah II di Yordania mencerminkan pendekatan multilateral yang dirancang untuk membangun kepercayaan politik lintas kawasan.
Kehadiran Prabowo di forum-forum penting dan pertemuan bilateral tersebut juga mencerminkan transformasi diplomasi Indonesia ke arah diplomasi pemimpin-ke-pemimpin (leader-to-leader diplomacy) yang lebih personal dan efektif. Pendekatan ini memperkuat posisi negosiasi Indonesia dalam berbagai isu global, dari konflik kawasan hingga kerja sama multilateral di bidang keamanan dan ekonomi.
Dalam pertemuannya dengan para pemimpin Timur Tengah, Prabowo menyampaikan bahwa Indonesia hadir dengan semangat tulus sebagai sahabat yang ingin mempererat hubungan dan membangun kerja sama yang konkret. Ia menekankan pentingnya menjalin kemitraan yang membawa manfaat langsung bagi masyarakat Indonesia maupun negara-negara mitra, sekaligus berkontribusi terhadap stabilitas kawasan secara lebih luas.
Penting dicatat, keberangkatan Presiden Prabowo ke Timur Tengah dilepas secara resmi oleh Wakil Presiden Gibran Rakabuming dan sejumlah tokoh penting di dalam negeri, seperti Wakil Ketua DPR, Menteri Sekretaris Negara, Panglima TNI, hingga Kapolri. Ini memperlihatkan kesatuan sikap pemerintah Indonesia dalam menjalankan kebijakan luar negeri yang aktif dan produktif. Kesatuan ini menjadi kekuatan tersendiri dalam menjaga stabilitas domestik, yang pada gilirannya memperkuat daya tawar Indonesia di kancah internasional.
Dalam konteks regional Asia Tenggara, langkah Prabowo ini dapat dimaknai sebagai upaya reposisi Indonesia sebagai kekuatan utama ASEAN yang mampu menjalin kerja sama lebih luas dengan kawasan Timur Tengah. Ketika isu global seperti perubahan iklim, ketahanan energi, konflik geopolitik, dan transformasi digital menjadi agenda utama berbagai negara, Indonesia muncul sebagai mitra strategis yang solutif dan mampu menjembatani kepentingan global dengan kearifan kawasan.
Kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Uni Emirat Arab dan negara-negara Timur Tengah lainnya merupakan perwujudan dari visi diplomasi aktif yang tidak hanya berorientasi pada keuntungan ekonomi, tetapi juga memperluas jejaring strategis Indonesia secara global. Ini adalah awal dari kebijakan luar negeri yang berani dan progresif, yang membawa Indonesia tampil lebih percaya diri sebagai negara besar yang bersahabat dan dihormati di panggung dunia.
Lawatan ini menegaskan bahwa di bawah kepemimpinan Prabowo, Indonesia tidak lagi sekadar menjadi penonton dalam dinamika internasional, melainkan menjadi pemain penting yang turut menentukan arah masa depan dunia, melalui diplomasi yang visioner, realistis, dan berorientasi hasil.
)* Penulis adalah Pengamat dan Analis Politik Luar Negeri