Oleh : Jodi Mahendra )
Setelah melewati masa-masa sulit akibat krisis finansial yang menyebabkan kebangkrutan, salah satu perusahaan tekstil terbesar di Asia Tenggara, PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), kembali menunjukkan tanda-tanda kebangkitan. Perusahaan yang berbasis di Sukoharjo, Jawa Tengah ini sempat mengalami pukulan berat ketika harus memutus hubungan kerja dengan lebih dari 11.000 karyawannya sejak Agustus 2024. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran besar tidak hanya bagi para pekerja yang terdampak langsung, tetapi juga bagi ekosistem ekonomi lokal yang selama ini bergantung pada keberlangsungan industri tekstil tersebut.
Harapan kembali menyala pada awal 2025. Setelah melalui proses hukum yang panjang dan diawasi oleh tim kurator, Sritex berhasil menarik perhatian investor baru. Investor ini, yang hingga kini belum diungkapkan identitasnya secara resmi karena alasan kerahasiaan proses akuisisi, telah sepakat untuk menghidupkan kembali operasional pabrik Sritex secara bertahap. Kepala Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Disperinaker) Sukoharjo, Sumarno, mengungkapkan bahwa proses perekrutan sudah dirancang secara bertahap, dimulai dengan ribuan pekerja di berbagai divisi utama.
Menteri Ketenagakerjaan, Yassierli menyambut positif langkah ini dan menyatakan dukungannya. Pihaknya memastikan proses transisi ini berlangsung adil dan terbuka, serta memastikan hak-hak pekerja dipenuhi, baik yang direkrut kembali maupun yang masih dalam proses kompensasi, kementerian akan terus mengawal proses ini bersama kurator dan manajemen baru agar tidak terjadi pelanggaran ketenagakerjaan seperti yang terjadi sebelumnya.
Seiring dengan dibukanya kembali pabrik-pabrik di Sukoharjo, dampak positif mulai terasa di kalangan masyarakat sekitar. Banyak keluarga yang sebelumnya kehilangan sumber penghasilan utama kini melihat harapan baru. Tak hanya itu, kembalinya operasional Sritex juga memberi peluang bangkit bagi sektor pendukung lainnya seperti transportasi, katering, logistik, hingga pemasok bahan baku tekstil. Sektor UMKM yang selama ini menjadi mitra kerja Sritex pun mulai bersiap menyambut order yang sempat terhenti.
Sebelumnya, Menteri Sekretaris Negara, Prasetyo Hadi mengatakan sekitar 8.000 an karyawan Sritex yang telah di PHK akan bisa bekerja kembali dengan skema yang baru. Lebih lanjut, pihaknya berharap semua pekerja yang selama ini menjadi karyawan di PT Sritex, kurang lebih ada 4 perusahaan. Kurang lebih di 8.000 sekian karyawan untuk bisa semuanya nanti akan kembali bekerja dengan skema yang baru.
Tim Kurator PT Sritex, Nurma Sadikin juga mengatakan setelah operasi nanti, akan ada rekrutmen pegawai baru di Sritex. Nantinya rekrutmen akan dibuka oleh penyewa alat berat yang baru yang sebelumnya dimiliki PT Sritex. Ia mengatakan kini sudah ada beberapa investor yang sudah dalam komunikasi untuk melakukan penyewaan alat berat tersebut. Maka dari itu, Tim Kurator sedang membuka opsi bagi para investor yang memang menggeluti bidang tekstil untuk bisa menyewa dan saat ini sudah ada beberapa investor yang sudah dalam komunikasi.
Sementara itu, cara pemerintah untuk melindungi 50 ribu buruh PT Sri Rejeki Isman Tbk. atau Sritex. Salah satunya, dengan menggunakan program Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP) bagi pekerja yang terkena PHK. Wakil Menteri Ketenagakerjaan, Immanuel Ebenezer Gerungan mengatakan Program JKP hadir untuk membantu pekerja yang kehilangan pekerjaan agar tetap memiliki perlindungan sosial dan peluang untuk kembali ke dunia kerja.
Dengan fondasi yang mulai diperkuat kembali, Sritex kini berada di ambang transformasi besar. Jika proses revitalisasi ini berhasil, Sritex tak hanya akan kembali menjadi raksasa tekstil di Indonesia, tetapi juga mampu bersaing di pasar global dengan wajah baru yang lebih kuat, inklusif, dan berkelanjutan. Keberhasilan Sritex dalam membangun kembali kepercayaan pekerja, mitra bisnis, dan masyarakat akan menjadi kunci utama dalam perjalanan barunya. Kini, semua mata tertuju pada langkah strategis manajemen baru, sembari berharap bahwa apa yang sedang dibangun hari ini, akan menjadi fondasi kokoh bagi masa depan industri tekstil Indonesia.
)* Pemerhati masalah Sosial dan Kemasyarakatan