Oleh : Naya Salsabila )*
Indonesia kembali membuktikan posisinya sebagai aktor penting dalam kancah diplomasi global dengan sukses menjadi tuan rumah Sidang Parliamentary Union of the OIC Member States (PUIC) ke-19 yang resmi berakhir pada Kamis (15/5). Keberhasilan ini bukan hanya prestasi logistik dan protokoler, namun mencerminkan keteguhan komitmen Indonesia dalam membangun perdamaian dan stabilitas dunia, khususnya di tengah eskalasi ketidakpastian global.
Indonesia telah secara resmi mengakhiri Forum pertemuan Parlemen OKI yang digelar sejak 12-15 Mei 2025. Melalui forum ini, Indonesia menunjukkan bahwa jalan keluar dari berbagai persoalan global seperti konflik, ketimpangan, dan krisis kemanusiaan terletak pada tata kelola pemerintahan yang baik, penguatan institusi, serta kerja sama multilateral yang inklusif.
Sidang PUIC yang mengangkat tema Good Governance and Strong Institutions as Pillars of Resilience menegaskan urgensi pembentukan tata kelola yang transparan, akuntabel, dan berorientasi pada pelayanan publik. Ketua DPR RI Puan Maharani menyampaikan bahwa tema ini sangat relevan dengan tantangan zaman. Negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) perlu membangun ketahanan internal melalui pemerintahan yang efektif dan institusi yang kuat. Dalam konteks tersebut, Indonesia menjadi contoh konkret bagaimana upaya penguatan institusi dapat menopang ketahanan nasional dan berkontribusi pada stabilitas global.
Puan menekankan pentingnya meningkatkan solidaritas antarbangsa Muslim, memperkuat perdamaian, kerja sama ekonomi, pemberdayaan perempuan, serta memerangi Islamofobia dan intoleransi. Isu-isu tersebut mengemuka sebagai akar ketidakstabilan yang bila tidak diatasi akan terus memicu konflik. Indonesia, melalui perannya sebagai tuan rumah dan pelaku aktif dalam forum PUIC, menunjukkan komitmen untuk tidak hanya menyuarakan keprihatinan, tetapi juga mendorong solusi konkret atas berbagai persoalan tersebut.
Sementara itu, Presiden RI Prabowo Subianto juga memberikan penekanan penting dalam pidatonya. Ia menyatakan bahwa tantangan global tidak terbatas pada isu Palestina semata, tetapi juga mencakup persoalan struktural seperti kemiskinan, kelaparan, korupsi, serta ketimpangan pendidikan. Presiden Prabowo meyakini bahwa semua masalah tersebut hanya bisa diatasi apabila setiap negara mampu memperbaiki dirinya sendiri melalui kepemimpinan yang jujur, tata kelola yang baik, dan institusi yang kuat. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia saat ini menjalankan berbagai agenda besar, termasuk reformasi politik dan birokrasi, pembangunan sumber daya manusia, swasembada pangan dan energi, serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pernyataan Presiden Prabowo menegaskan bahwa perdamaian dunia tidak dapat dicapai hanya melalui retorika, tetapi melalui tindakan nyata yang dimulai dari internal masing-masing negara. Indonesia memimpin dengan memberikan contoh, tidak hanya dalam pembangunan nasional tetapi juga dalam kontribusinya di panggung internasional. Forum PUIC menjadi ajang ideal untuk menyampaikan pesan tersebut kepada dunia, bahwa stabilitas global tidak akan terwujud jika institusi negara rapuh dan nilai-nilai demokrasi tidak dijaga.
Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI, Bramantyo Suwondo, turut menegaskan bahwa Sidang PUIC menjadi momentum strategis bagi Indonesia untuk menampilkan komitmen nyata dalam memajukan komunikasi, kerja sama, dan kesepahaman antarnegara. Ia menyoroti bahwa dunia sedang berada dalam kondisi yang tidak stabil secara ekonomi dan politik. Di tengah krisis global tersebut, Indonesia memilih untuk tidak berdiam diri, melainkan terus aktif menyuarakan pentingnya solidaritas dan kesetaraan antarnegara, besar maupun kecil.
Lebih jauh, Bramantyo menyatakan bahwa parlemen Indonesia akan terus memegang tanggung jawab konstitusional untuk menjaga perdamaian dunia, serta memastikan bahwa hak asasi manusia, ekonomi, dan politik tidak terpinggirkan dalam perumusan kebijakan global. Sikap ini menegaskan bahwa peran parlemen tidak hanya domestik, tetapi juga penting dalam mengarahkan diplomasi Indonesia di tingkat internasional. Melalui diplomasi parlementer, Indonesia mendorong solusi damai terhadap berbagai konflik dan ketegangan yang masih berlangsung di dunia Muslim dan kawasan lainnya.
Keberhasilan penyelenggaraan Sidang PUIC di Jakarta mencerminkan tidak hanya kesiapan Indonesia sebagai tuan rumah, tetapi juga ketulusan dan kesungguhan untuk menjadi jembatan dialog antarnegara. Forum ini juga menjadi arena penting dalam mempererat solidaritas sesama anggota OKI dan membangun kesepakatan strategis untuk menavigasi tantangan masa depan. Dalam 25 tahun kiprahnya, PUIC telah menunjukkan peran penting sebagai platform kerja sama legislatif antarnegara Muslim. Namun sebagaimana disampaikan oleh Puan Maharani, capaian PUIC sangat tergantung pada keputusan dan langkah-langkah konkret yang diambil bersama, bukan hanya pada retorika persatuan.
Kesuksesan Indonesia dalam forum ini menjadi bukti nyata bahwa kekuatan sebuah negara tidak diukur dari besar kecilnya wilayah atau jumlah penduduk, tetapi dari sejauh mana negara tersebut berperan dalam mendorong dunia yang lebih damai dan adil. Indonesia tidak hanya tampil sebagai fasilitator, tetapi juga sebagai motor penggerak dalam mengarahkan arus diplomasi menuju solusi bersama. Hal ini mempertegas posisi Indonesia sebagai negara yang tidak hanya berkepentingan untuk maju sendiri, tetapi juga ingin tumbuh bersama negara-negara lain, dalam semangat solidaritas dan kebersamaan. Langkah konkret Indonesia dalam penyelenggaraan PUIC bukan hanya untuk kepentingan nasional, tetapi juga untuk menciptakan stabilitas dunia yang lebih lestari dan bermartabat.
)* Penulis merupakan Pengamat Politik Luar Negeri