Jakarta – Konferensi ke-19 Parliamentary Union of the OIC Member States (PUIC) yang diselenggarakan di Ruang Rapat Paripurna I, DPR RI, Senayan, Jakarta menjadi momen penting dalam memperkuat tata kelola pemerintahan dan solidaritas antarnegara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), seiring peringatan 25 tahun berdirinya PUIC.
Dengan mengangkat tema “Good Governance and Strong Institutions as Pillars of Resilience”, forum ini menyuarakan pentingnya tata kelola yang baik dan lembaga yang kuat sebagai fondasi daya tahan negara-negara Muslim menghadapi tantangan global.
Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, dalam pidato pembukaannya menyampaikan bahwa dunia Islam harus kembali menjadi kekuatan moral dan peradaban.
“Perkumpulan parlemen negara Islam ini lahir dari kesadaran bahwa kita membutuhkan wadah kebersamaan menghadapi tantangan global dan membela kepentingan umat Islam di manapun berada,” ujar Presiden Prabowo.
Ia menekankan bahwa sejarah Islam dipenuhi oleh pemimpin teladan seperti Salahuddin Al-Ayyubi, Khalid bin Walid, dan Muhammad Al-Fatih, yang tidak hanya kuat secara militer tetapi juga berjiwa besar, penuh kasih, dan menjunjung tinggi keadilan.
“Kekuatan sejati seorang pemimpin adalah kasih sayang dan tekad untuk selalu melindungi yang lemah,” ucap Presiden Prabowo.
Presiden juga menegaskan komitmen Indonesia terhadap perjuangan umat islam dan pentingnya persatuan dunia Islam. “Jangan kita hanya berdiskusi dan menyusun resolusi. Mereka membutuhkan keberpihakan dan tindakan nyata,” tegasnya.
Ia menyerukan bahwa tanpa pemerintahan yang bersih dan lembaga yang kuat, umat Islam tidak akan mampu bangkit dari kemiskinan, ketimpangan, dan ketidakadilan.
Pidato beliau mendapat pujian dari Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI, Mardani Ali Sera, yang menyebutnya sebagai bentuk kepemimpinan parlemen yang visioner.
Ia juga menyebut pidato Presiden Prabowo sebagai momen refleksi yang menggugah dan inspiratif bagi para delegasi.
“Para perwakilan parlemen bukan hanya bertepuk tangan, tapi tercengang. Pidato itu menggugah kesadaran bahwa pemimpin sejati harus menyayangi dan menjaga rakyatnya,” imbuhnya.
Konferensi PUIC ke-19 ini mencakup sidang enam standing committee yang membahas isu strategis seperti pemuda dan perempuan, Palestina, Umat Muslim, pembangunan berkelanjutan, kebudayaan, serta urusan politik. Setiap komite menghasilkan rekomendasi yang akan menjadi arah kerja PUIC ke depan, termasuk seruan utama untuk memperkuat tata kelola dan institusi yang bersih. Konferensi PUIC ke-19 dimulai sejak 12-15 Mei 2025 di komplek Parlemen DPR, di Senayan, Jakarta.
(*)