Jakarta, jurnalredaksi– Provokasi yang dilakukan oleh Bahar bin Smith menuai kecaman karena ia mengaku sebagai pemuka agama tetapi malah melakukan tindakan negatif. Masyarakat menolak ceramahnya karena bernada dendam kesumat dan tidak mencerminkan ahkhlak terpuji.
Bahar bin Smith adalah tokoh yang menjadi kontroversi karena pernah dibui setelah melakukan kekerasan pada pihak yang lemah. Selain itu, ia juga dikenal karena selalu berceramah dengan nada keras dan memprovokasi masyarakat untuk mengikuti pemikirannya. Padahal yang diceramahkan hanyalah kebencian demi kebencian yang bisa berbuah petaka.
Provokasi Bahar bin Smith terus dilakukan, seolah-olah lupa ia pernah merasakan pahitnya kehidupan di dalam penjara. Salah satu ceramahnya yang viral karena ia mengancam semua orang yang berurusan dengan Rizieq Shihab dan mengutuk mereka. Selain itu, ia juga sering berceramah dan menjelek-jelekkan pemerintah.
Masyarakat tentu menolak provokasi Bahar bin Smith karena ia membela orang yang salah. Bagaimana bisa warga sipil diajak untuk pro Rizieq Shihab padahal ia bersalah dalam kasus pelanggaran protokol kesehatan dan UU kekarantinaan? Rizieq bukanlah orang suci yang harus dibela mati-matian.
Selain itu, sudah banyak yang muak karena Bahar bin Smith hanya mengulang tema ceramah dengan nada penuh provokasi dan kebencian terhadap pemerintah. Mengapa ia segitu bencinya terhadap pemerintahan Indonesia padahal hidup di Indonesia? Seakan tiada rasa terima kasih telah diizinkan untuk tinggal di negeri ini. Jika ia tak suka di Indonesia mengapa tidak pergi saja jauh-jauh?
Sebagai pemuka agama ia jelas mengecewakan karena gagal berceramah dengan baik. Bagaimana bisa ceramah hanya dipakai sebagai alat provokasi? Sehingga warga yang tidak tahu apa-apa malah ikut-ikutan membenci pemerintah. Ini sudah gila namanya.
Oleh karena itu wajar jika ceramah Bahar bin Smith banyak dihentikan oleh aparat keamanan. Jangan sampai provokasinya malah memecah-belah masyarakat dan membuat kekacauan di Indonesia. Jika ini yang terjadi maka berbahaya karena tatanan sosial akan rusak dan situasi jadi runyam.
Jika Bahar bin Smith terus melakukan aksinya dan memprovokasi di sana-sini maka tak mustahil ia ditolak oleh banyak orang, seperti ketika akan ceramah di Manado dan ia dilarang untuk menginjakkan kaki di sana. Penyebabnya karena ceramahnya dinilai bernada provokatif. Bisa jadi ia ditolak juga di banyak daerah lain gara-gara ulahnya sendiri.
Selain penolakan, bisa jadi Bahar bin Smith juga terancam penjara lagi jika terus melanjutkan aksinya. Penyebabnya karena ia dinilai membuat kerusuhan dan menghancurkan perdamaian di masyarakat. Ia bisa tersangkut pasal 160 tentang penghautan dan terancam hukuman maksimal 6 tahun penjara.
Seharusnya jika ia mengaku sebagai pemuka agama maka ceramahnya penuh dengan kedamaian, karena inti dari agama adalah anti kekacauan dan kekerasan. Ceramah yang baik adalah yang bisa memberi kesejukan di hati pendengarnya dan bukan sebaliknya. Bukankah ia seharusnya memahaminya tetapi malah menolak konsep itu mentah-mentah.
Masyarakat menolak provokasi Bahar bin Smith dan berusaha agar kalangan lain tidak terpengaruh olehnya. Mereka mengingatkan agar tidak percaya akan kata-kata pria berambut gondrong tersebut, karena memang tidak berdasarkan kenyataan, tetapi hanya berdasarkan dendam pribadi. Jangan ada lagi yang jadi korbannya.
Provokasi dari Bahar bin Smith sangat memalukan karena sebagai orang yang mengaku sebagai pemuka agama, malah melakukan hal yang dilarang agama. Bukankah Nabi bersabda berkatalah baik atau diam? Janganlah berbuat kekacauan dan memprovokasi masyarakat karena hanya akan merusak tatanan sosial di negeri ini.
)* Penulis adalah warganet/ kontributor Citizen Journalism
(MY/AA)