Oleh : Gavin Asadit )*
Pemerintah Indonesia terus menunjukkan komitmennya dalam mewujudkan pendidikan yang merata dan inklusif bagi seluruh anak bangsa melalui peluncuran program Sekolah Rakyat. Program ini hadir sebagai terobosan untuk menjawab tantangan ketimpangan pendidikan, khususnya bagi anak-anak dari keluarga miskin dan daerah tertinggal. Sekolah Rakyat didesain sebagai solusi konkret dalam membuka akses pendidikan berkualitas yang sebelumnya sulit dijangkau oleh kelompok masyarakat miskin ekstrem. Dengan menyediakan pendidikan gratis dan berasrama dari tingkat SD hingga SMA, Sekolah Rakyat diharapkan menjadi tonggak penting dalam menciptakan keadilan sosial dan meningkatkan mobilitas ekonomi masyarakat berpenghasilan rendah.
Hingga Maret 2025, pemerintah telah menyiapkan 45 lokasi Sekolah Rakyat yang akan mulai beroperasi pada tahun ajaran baru 2025/2026, dengan target total sebanyak 100 sekolah pada akhir tahun. Sekolah-sekolah ini tersebar di berbagai daerah, antara lain Jakarta, Bekasi, Temanggung, Pati, Malang, dan Surabaya. Pemerintah memilih lokasi-lokasi ini berdasarkan kebutuhan, potensi sasaran, serta ketersediaan lahan dan bangunan yang dapat digunakan atau direvitalisasi. Konsep Sekolah Rakyat adalah sekolah berasrama (boarding school), sehingga siswa dapat tinggal dan belajar dalam satu lingkungan yang mendukung pengembangan akademik dan karakter.
Sekolah Rakyat akan menyediakan pendidikan mulai dari tingkat SD hingga SMA dengan kurikulum nasional sebagai dasar, ditambah materi khusus seperti pelatihan soft skill, karakter, dan keterampilan digital masa kini seperti coding, keamanan siber, dan data sains. Model pendidikan yang ditawarkan tidak hanya fokus pada aspek akademik, tetapi juga pengembangan kepribadian, empati sosial, serta keterampilan praktis untuk menghadapi dunia kerja. Harapannya, lulusan Sekolah Rakyat tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kemampuan sosial dan ekonomi untuk memperbaiki taraf hidup mereka di masa depan.
Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf atau Gus Ipul mengatakan bahwa, siswa Sekolah Rakyat diambil dari kategori desil 1 dan 2 dalam Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN). Sekolah Rakyat juga akan menggunakan mata pelajaran formal, kurikulum juga akan menekankan penguatan karakter, kepemimpinan, nasionalisme, dan keterampilan.
Seleksi peserta didik Sekolah Rakyat dilakukan secara ketat dan menyeluruh. Proses seleksi meliputi pemeriksaan administratif, tes potensi akademik, psikotes, kunjungan rumah, wawancara dengan orang tua atau wali, serta pemeriksaan kesehatan. Program ini secara khusus menyasar anak-anak dari keluarga yang masuk dalam Desil 1 dan 2 Data Tunggal Sosial dan Ekonomi Nasional (DTSEN), yang berarti mereka berasal dari kelompok dengan kondisi ekonomi paling bawah. Seleksi ini diharapkan dapat memastikan bahwa anak-anak yang benar-benar membutuhkan mendapatkan kesempatan terbaik untuk bersekolah.
Tidak hanya peserta didik, rekrutmen guru untuk Sekolah Rakyat juga menjadi perhatian penting. Pemerintah akan merekrut tenaga pendidik dari lulusan Pendidikan Profesi Guru (PPG), serta memberikan kesempatan bagi guru ASN untuk mengajar di sekolah-sekolah ini. Kriteria pemilihan guru tidak hanya didasarkan pada kompetensi akademik, tetapi juga pada kemampuan membangun empati, adaptabilitas, dan komitmen terhadap pengabdian sosial. Diharapkan, guru-guru yang terlibat dalam Sekolah Rakyat mampu menjadi teladan dan motivator yang baik bagi anak-anak dari latar belakang kurang beruntung.
Pemerintah juga memastikan dukungan infrastruktur yang memadai bagi setiap Sekolah Rakyat. Fasilitas seperti ruang kelas, asrama, tempat ibadah, kantin, laboratorium, dan lapangan olahraga akan disiapkan agar siswa dapat belajar dengan nyaman. Untuk mendukung pelaksanaan program ini, pemerintah menggandeng berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, perguruan tinggi, dan sektor swasta. Beberapa perguruan tinggi seperti Universitas Negeri Surabaya (UNESA) dan Universitas Brawijaya telah menyatakan dukungannya dengan menyediakan fasilitas atau lahan untuk operasional Sekolah Rakyat. Sementara itu, Gubernur Jatim, Khofifah menyampaikan apresiasi atas keseriusan Unesa dalam mendukung penuh Sekolah Rakyat di Jatim.
Sementara itu, Mahasiswa Magister Manajemen UPN Veteran Jakarta, Afrisetiyani mengatakan Sekolah Rakyat memiliki sejumlah keunggulan yang menjadikannya alternatif pendidikan yang layak. Keunggulan utamanya terletak pada aksesibilitas. Model pendidikan ini mampu menjangkau anak-anak yang tinggal di daerah terpencil atau tidak mampu mengakses institusi formal karena berbagai keterbatasan
Dari segi dampak jangka panjang, Sekolah Rakyat diharapkan menjadi motor penggerak transformasi sosial. Anak-anak dari keluarga miskin yang mendapatkan akses pendidikan berkualitas dapat memiliki peluang lebih besar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi melalui beasiswa seperti Bidik Misi atau KIP Kuliah. Lulusan Sekolah Rakyat nantinya juga diharapkan mampu kembali ke komunitasnya dan menjadi agen perubahan yang berkontribusi terhadap pembangunan sosial dan ekonomi di daerah asalnya. Ini akan menciptakan efek domino positif dalam mengurangi kemiskinan antargenerasi.
Melalui pendekatan yang holistik dan terintegrasi, program Sekolah Rakyat berpotensi besar menjadi solusi nyata dalam mengatasi kesenjangan sosial di Indonesia. Dengan dukungan penuh dari pemerintah, masyarakat, dan lembaga pendidikan, Indonesia bergerak menuju masa depan di mana setiap anak, tanpa memandang latar belakang ekonomi dan geografis, memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan berhasil. Sekolah Rakyat bukan hanya proyek pendidikan, tetapi simbol harapan dan keadilan sosial yang diwujudkan dalam tindakan nyata.
)* Penulis adalah Pemerhati Masalah Sosial dan Kemasyarakatan