Menu
Cepat Tepat Terpercaya

Hilirisasi dan Energi Terbarukan Pilar Utama Pertumbuhan Ekonomi Masa Depan

  • Share

Oleh: Agus Soepomo
Hilirisasi dan pengembangan energi terbarukan menjadi dua pilar utama dalam strategi pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan. Dalam menghadapi era globalisasi dan transformasi industri, pemerintah berkomitmen untuk terus mendorong investasi di kedua sektor ini guna mencapai target investasi senilai Rp13.032 triliun dalam lima tahun mendatang.

Langkah ini diambil untuk memperkuat fondasi perekonomian nasional dan meningkatkan daya saing Indonesia di kancah global. Dengan hilirisasi dan energi terbarukan sebagai fokus utama, diharapkan pertumbuhan ekonomi nasional dapat mencapai angka 8 persen dalam beberapa tahun ke depan.
Dalam periode 2025-2029, hilirisasi industri diproyeksikan memberikan kontribusi sekitar 23 hingga 24 persen dari total investasi. Investasi ini mencakup baik penanaman modal dalam negeri maupun investasi asing langsung.

banner 336x280

Menteri Investasi dan Hilirisasi yang juga menjabat sebagai CEO BPI Danantara, Rosan Roeslani, menekankan bahwa strategi hilirisasi tidak hanya terbatas pada sektor mineral. Pemerintah juga berupaya memperluas hilirisasi ke sektor pertanian, perikanan, dan perkebunan agar menciptakan nilai tambah yang lebih besar bagi perekonomian nasional.

Sejalan dengan visi pemerintah untuk mencapai target net zero emission pada 2060, investasi di sektor energi terbarukan juga terus didorong. Hingga saat ini, kapasitas terpasang energi terbarukan di Indonesia masih tergolong rendah, yaitu hanya 14,43 gigawatt, jauh dari potensi yang mencapai 3.700 gigawatt.

Oleh karena itu, pemerintah berkomitmen untuk mempercepat pengembangan energi surya, hidro, dan panas bumi, mengingat geotermal di Pulau Jawa dan Sumatera memiliki cadangan terbesar di dunia. Potensi besar ini harus dimanfaatkan secara optimal demi mewujudkan ketahanan energi nasional dan mengurangi ketergantungan pada energi fosil.
Dalam upaya mengoptimalkan strategi investasi ini, pemerintah akan memaksimalkan peran Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara). Lembaga ini diharapkan dapat menarik lebih banyak investasi dari sektor swasta serta memberikan kepastian kepada investor domestik maupun internasional.
Rosan Roeslani menjelaskan bahwa Danantara bukan hanya sekadar melakukan investasi sendiri, tetapi juga berperan sebagai fasilitator yang mengajak investor nasional dan asing untuk berkolaborasi dalam membangun sektor-sektor strategis.
Program hilirisasi dan investasi mendapat dukungan luas dari berbagai pihak, termasuk anggota Komisi XII DPR RI, Christiany Eugenia Tetty Paruntu. Ia menekankan bahwa hilirisasi merupakan strategi penting dalam mencapai ketahanan energi dan pangan nasional. Dengan membuka lebih banyak lapangan kerja yang inklusif, berkeadilan, dan berkelanjutan, hilirisasi berpotensi meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara signifikan. Indonesia memiliki potensi besar di sektor energi dan kemaritiman, yang jika dimanfaatkan dengan optimal, dapat memperkuat ekonomi hijau dan ekonomi biru yang ramah lingkungan.

Namun, pelaksanaan hilirisasi juga menghadapi berbagai tantangan, termasuk kebutuhan akan dukungan regulasi yang kuat dari pemerintah pusat dan daerah. Diperlukan kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan guna menciptakan ekosistem usaha yang kondusif. Dengan regulasi yang tepat dan dukungan infrastruktur yang memadai, hilirisasi dapat berjalan lebih efektif dan memberikan manfaat yang maksimal bagi perekonomian nasional.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Bahlil Lahadalia, menyatakan bahwa pemerintah telah menyiapkan investasi besar untuk mendorong hilirisasi di sektor strategis, seperti minyak dan gas, pertambangan, pertanian, serta kelautan. Rencana ini mencakup implementasi 21 proyek hilirisasi prioritas yang diarahkan langsung oleh Presiden Prabowo Subianto.
Presiden menekankan pentingnya proyek-proyek ini dalam menciptakan lapangan kerja yang luas dengan mengombinasikan teknologi canggih dan tenaga kerja padat karya. Selain itu, proyek hilirisasi juga harus mengutamakan industri substitusi impor agar Indonesia lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan domestik.

Hilirisasi dan pengembangan energi terbarukan bukan hanya strategi jangka pendek untuk meningkatkan investasi, tetapi juga merupakan fondasi utama bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan mandiri. Dengan hilirisasi, Indonesia tidak hanya menjadi eksportir bahan mentah, tetapi juga produsen produk bernilai tambah yang mampu bersaing di pasar global. Energi terbarukan, di sisi lain, menjadi solusi utama untuk menjamin ketahanan energi nasional sekaligus mengurangi ketergantungan pada energi fosil yang semakin menipis.

Investasi dalam kedua sektor ini harus terus didorong dengan regulasi yang berpihak pada keberlanjutan dan inklusivitas. Pemerintah, investor, dan masyarakat harus berkolaborasi agar manfaat dari hilirisasi dan energi terbarukan bisa dirasakan secara merata di seluruh Indonesia. Dengan pemerataan investasi, lapangan pekerjaan akan semakin terbuka, dan pertumbuhan ekonomi tidak lagi hanya berpusat di kota-kota besar, melainkan juga merata ke daerah-daerah terpencil.
Ke depan, keberhasilan Indonesia dalam mengembangkan hilirisasi dan energi terbarukan akan menentukan posisinya dalam perekonomian global. Dengan sumber daya yang melimpah dan kebijakan yang tepat, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pemain utama dalam industri hijau dan industri berbasis nilai tambah. Oleh karena itu, mendukung hilirisasi dan transisi energi bukan hanya kepentingan pemerintah, tetapi juga kepentingan bersama demi masa depan ekonomi yang lebih kuat, berdaya saing, dan berkelanjutan.

*) Konsultan Kebijakan Ekonomi – Forum Ekonomi Rakyat

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *