Danantara Sebagai Wujud Implementasi Transformasi Ekonomi Yang Terang Benderang

  • Share

Pemerintah Indonesia memiliki komitmen teguh untuk mendorong transformasi ekonomi nasional dengan mengedepankan prinsip profesionalisme dan tata kelola yang baik. Melalui pembentukan BPI Danantara, pemerintah ingin mewujudkan pemerataan kesejahteraan dan kemakmuran bagi Indonesia yang terang benderang.

Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau BPI Danantara, merupakan lembaga yang berfokus pada pengelolaan dan optimalisasi investasi strategis pemerintah untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Presiden Prabowo Subianto, menjelaskan arti dari kata Danantara, yakni “Daya” yang melambangkan energi atau kekuatan, “Anagata” yang memiliki makna masa depan, dan “Nusantara” tentu saja mewakili Indonesia secara keseluruhan, yang bersama-sama merefleksikan potensi dan kekuatan Indonesia di masa mendatang..

banner 336x280

Salah satu manfaat dari pembentukan BPI Danantara adalah percepatan investasi di sektor strategis. Menurut pakar Ekonomi Fithra Faisal Hastiadi, berdasarkan kajian yang disampaikan ke Bappenas, enam sektor prioritas antara lain energi, termasuk energi terbarukan sebesar Rp1.000 triliun dari total Rp3.600 triliun, TIK Rp1.800 triliun, transportasi, perumahan, sanitasi dan sumber daya air.

Energi terbarukan menjadi daya tarik tersendiri, terutama karena Amerika Serikat di bawah Trump menjauh dari energi hijau. Ini membuka peluang bagi Indonesia sebagai tujuan alternatif bagi investasi dari Eropa dan Tiongkok.

Sektor energi terbarukan Indonesia tengah mengalami momentum signifikan sebagai destinasi investasi global yang menjanjikan. Keputusan Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump untuk mengurangi fokus pada energi hijau telah menciptakan kekosongan dalam lanskap investasi global yang kini mulai diisi oleh negara-negara berkembang, dengan Indonesia berada di garis depan.

Kekayaan sumber daya alam Indonesia menjadikannya magnet bagi investor asing yang mencari diversifikasi portofolio energi bersih mereka. Dorongan transisi energi Indonesia yang ditandai dengan komitmen mengurangi emisi karbon sebesar 29% pada 2030 semakin memperkuat posisinya sebagai destinasi investasi yang menarik. Investor bakal semakin agresif menanamkan modal dalam proyek-proyek energi terbarukan di Nusantara. Berbekal dukungan kebijakan pemerintah yang kondusif, termasuk insentif fiskal dan regulasi ramah investasi, Indonesia siap memanfaatkan pergeseran geopolitik ini untuk mengakselerasi transformasi energinya dan memposisikan diri sebagai pemimpin regional dalam revolusi energi hijau.

Fithra Faisal menyebut bahwa Danantara menjalankan fungsi ganda sebagai lembaga investasi sekaligus Pembangunan. Sedangkan tantangannya adalah membangun tanpa merugi, seperti pengalaman BUMN Karya yang keuangannya terpuruk meski memberi manfaat publik besar seperti jalan tol. Menurutnya, di tahap awal, Danantara kemungkinan akan memilih proyek yang relatif aman. Proyek sosial populis memiliki risiko finansial tinggi. Perlu keseimbangan antara idealisme pembangunan dan realitas ekonomi.

Tantangan utama bagi Danantara adalah menciptakan keseimbangan optimal antara idealisme pembangunan nasional dan prinsip keberlanjutan ekonomi. Di satu sisi, lembaga ini memiliki mandat untuk mengkatalisasi pertumbuhan inklusif. Namun di sisi lain, ketahanan finansial jangka panjang tidak bisa dikompromikan sehingga membangun portofolio yang terdiversifikasi, dengan kata lain, menggabungkan proyek infrastruktur strategis dengan nilai sosial tinggi dan investasi komersial, yang menguntungkan, diyakini bakal menjadi kunci kesuksesan Danantara. Pendekatan bertahap ini memungkinkan lembaga untuk membangun fondasi keuangan yang kokoh sebelum beralih ke investasi berisiko tinggi dengan dampak sosial lebih luas.

Terkait adanya penurunan IHSG setelah peluncuran Danantara, Fithra menilai dunia sedang dalam kondisi dinamis. Sistem berbasis aturan global sedang menghadapi tantangan, seperti proteksionisme ala Trump. Di tengah ketidakpastian global, Indonesia bisa menjadi alternatif stabil bagi investor.

BPI Danantara juga tidak terlepas dari faktor transparansi dan akuntabilitas. Llaporan keuangan Danantara akan tersedia untuk publik dengan sistem pengawasan mencakup BPK, BPKP, KPK, Kejaksaan, Polri, dan auditor independen. Fithra Faisal menggambarkan badan investasi ini dengan analogi “Sebuah akuarium transparan”, di mana setiap gerakan dan aktivitas terlihat jelas oleh publik. Analogi ini menunjukkan tidak hanya sekedar keterbukaan dokumen, tetapi juga transparansi proses pengambilan keputusan investasi, negosiasi dengan mitra strategis, dan pengelolaan risiko.

Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) hadir dengan komitmen fundamental terhadap prinsip transparansi dan akuntabilitas sebagai pilar utama operasionalnya. Sebagai entitas yang beroperasi di pasar kompetitif, Danantara memerlukan tingkat diskresi tertentu untuk menjaga keunggulan strategisnya, terutama dalam negosiasi dengan mitra global atau akuisisi aset bernilai tinggi.

Dalam lanskap institusi keuangan negara yang seringkali dibayangi oleh skeptisisme publik, Danantara mencoba membangun paradigma baru melalui sistem pengawasan berlapis yang komprehensif dan keterbukaan informasi yang belum pernah diterapkan sebelumnya pada lembaga sejenis di Indonesia. Pendekatan ini tidak hanya menjadi pembeda strategis namun juga merupakan fondasi penting untuk membangun kepercayaan publik dan investor global terhadap pengelolaan kekayaan negara.

Inisiatif transparansi dan akuntabilitas Danantara perlu dipahami dalam konteks reformasi tata kelola sektor publik yang lebih luas di Indonesia. Lembaga ini berpotensi menjadi katalisator transformasi budaya organisasi di institusi keuangan negara lainnya, membangun standar baru yang lebih tinggi dalam hal keterbukaan dan integritas pengelolaan kekayaan publik.

BPI Danantara tidak sekadar komponen administratif tetapi merupakan elemen strategis yang menentukan legitimasi dan keberlanjutan lembaga ini. Analogi akuarium yang disampaikan Fithra merefleksikan ambisi transformatif untuk menciptakan model tata kelola baru yang bersih, terbuka dan bertanggung jawab.

Dalam menjalankan mandatnya, Danantara Indonesia memiliki komitmen teguh untuk mendorong transformasi ekonomi nasional dengan mengedepankan prinsip profesionalisme dan tata kelola yang baik. Lembaga ini berfokus pada tiga pilar utama, yaitu meningkatkan efisiensi pengelolaan aset negara, menarik minat investor global, serta memperkuat posisi kompetitif Indonesia di berbagai sektor strategis. Melalui upaya ini, Danantara Indonesia bertujuan mewujudkan pemerataan kesejahteraan dan kemakmuran bagi seluruh masyarakat Indonesia.


Writer : Reenee WA (Economic and Public Policy Observer / Former Journalist)
Editor : Agush A. Apituley

  • Share