Jakarta, jurnalredaksi– Warga negara Indonesia (WNI) di Inggris mengungkapkan situasi dan kondisi di negara itu menjelang perayaan natal di tengah kenaikan kasus Omicron. Meski kasus melonjak, pemerintah disebut tak meningkatkan pengetatan pembatasan.
Kasus varian Omicron di Inggris mencapai 60.508 kasus, sementara angka kematian akibat varian tersebut mencapai 12 orang.
Ketua Persatuan Pelajar Inggris, Oki Erlivan, mengatakan Inggris dalam kondisi waspada tinggi usai kasus harian bertambah 100 ribu kasus pada hari ini, Jumat (24/12). Angka itu merupakan rekor baru kasus harian Covid-19 di Inggris.
“Pemerintah juga melakukan pengetatan, tapi tidak ada pembatasan transportasi dan di tempat publik,” kata Oki, Jumat (24/12).
Pembatasan itu, lanjut dia, hanya ada di area yang memiliki kapasitas lebih dari 500 orang. Warga yang ingin masuk ke tempat itu harus menunjukkan Covid paspor atau kartu vaksin.
“Sejauh ini tidak ada pembatasan berarti karena (Perdana Menteri Inggris) Boris Johnson bilang sebelum Natal tak ada pengetatan tambahan atau restriksi baru,” papar Oki.
Senada, Rini Indriani juga mengatakan hal yang nyaris serupa. Ada aturan pembatasan. Namun dari penuturan dia, tampaknya aturan tersebut tak begitu ketat.
Saat Omicron melonjak, pemakaian masker kembali diterapkan di ruang-ruang publik termasuk dalam ruangan.
“Beberapa ada yang tidak pakai tapi dibanding sebelum ada Omicron, sekarang banyak yang pakai masker,” ujar Rini.
Sebelum Omicron naik beberapa warga lokal terlihat tak memakai masker bahkan di tempat publik seperti mal.
Namun demikian, pemerintah mengizinkan warga makan di restoran dan mengunjungi pusat olahraga, dengan catatan tetap mematuhi protokol kesehatan.
Selain itu, ketika kasus Omicron melonjak pemerintahan Boris Johnson meningkatkan program booster nasional.
“Langsung menindak dengan vaksin booster dalam 2 minggu secara nasional,” ucap Rini.
Otoritas setempat juga kerap meminta masyarakat melakukan tes Covid-19. Salah satunya dengan mengirim tes cepat atau tes kit ke rumah masing-masing.
Menjelang perayaan Natal, tak ada aturan khusus yang diterapkan Boris. Namun usai perayaan itu disebut akan ada pengetatan perbatasan.
“Di England masih bisa lanjut perayaan Natal sesuai rencana tapi setelah Natal rencananya akan lebih ketat,” ujar Rini.
Aturan setelah Natal di antaranya menutup tempat wisata, acara-acara besar yang ditangguhkan, termasuk pertandingan sepak bola.
Beberapa wilayah lain disebut akan menerapkan aturan lebih ketat bahkan penutupan wilayah.
Di Skotlandia, misalnya, jumlah pertemuan sudah dibatasi, acara besar dibatalkan, beberapa tempat publik ditutup dan kabarnya akan lockdown, kata Rini.
Aturan semacam itu juga berlaku di Wales.
“Wales juga sama ketat seperti Skotlandia, sudah pasti setelah Natal ditutup,” jelas Rini.
(CA/AA)