Jakarta, jurnalredaksi– Presidensi G20 akan menjadi magnet untuk mengejar investasi di tahun 2022. Dengan adanya arus penanaman modal tersebut, maka diharapkan lapangan kerja akan banyak terbuka.
Negara G20 merupakan negara yang merepresentasikan 85 persen Produk domestik Bruto [PDB) global dan dua pertiga populasi dunia. Anggota dari G20 terdiri dari Amerika Serikat, Argentina, Australia, Brazil, Kanada, Tiongkok, Prancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki, Inggris dan Uni Eropa.
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), Teguh Dartanto mengatakan kepemimpinan Indonesia dalam G20 bisa mendorong kinerja Investasi pada tahun 2022 melalui dua cara.
Pertama, dengan gelaran Presidensi G20, Teguh menilai pemerintah akan memastikan penanganan kesehatan dan pandemi Covid-19 berjalan dengan baik. Dia menilai pemerintah akan berupaya untuk menjaga situasi dan pandemi Covid-19 di bawah kendali. Teguh juga mengatakan agar hal tersebut tetap terkendali, tidak seperti kondisi saat Juli-Agustus 2021 waktu itu.
Sejalan dengan hal tersebut, maka kinerja investasi juga akan terjaga. Hal ini terlihat pada kinerja investasi kuartal III/2021 yang melambat akibat merebaknya varian Delta pada Juli-Agustus, sehingga pemerintah perlu menerapkan PPKM Darurat dan PPKM level 3-4.
Pada periode tersebut, realisasi investasi tumbuh 3,7 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) ke Rp 216,7 triliun. Akan tetapi, nilai tersebut menurun atau terkontraksi 2,8 persen jika dibandingkan dengan capaian kuartal II/2021, Sebesar Rp 223 triliun. Kedua, Teguh optimistis bahwa peran Presidensi pada forum G20 bisa dimanfaatkan oleh Indonesia sebagai “magnet” untuk mendatangkan investasi ke dalam negeri.
Selama memimpin forum, Indonesia akan mengadakan lebih dari 150 agenda pertemuan, fisik maupun non-fisik. Pertemuan ini akan ditutup pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pemimpin dunia pada akhir Oktober 2022. Artinya momen G20 di Indonesia harus dimanfaatkan dengan baik demi merealisasikan apa yang ditargetkan oleh Presiden RI.
Kita juga tidak bisa menutup mata bahwa Pandemi Covid-19 telah mendorong terjadinya digitalisasi, termasuk ekonomi. Indonesia pun ikut serta mendorong perkembangan ekonomi digital dalam skala global.
Melihat perkembangan digitalisasi perekonomian yang terjadi sangat cepat dalam kurun waktu dua tahun ini akibat pandemi Covid-19, Indonesia ingin menjadi bagian dari yang menciptakan tatanan tersebut. Kita juga harus yakin bahwa Indonesia juga akan memanfaatkan kesempatan menjadi leader di G20 ini demi kepentingan perekonomian Indonesia.
Indonesia sendiri telah diberi kehormatan menjadi anggota G20 ini pada tahun 2008 dan sebagai satu-satunya negara ASEAN yang menjadi anggota G20. Sementara itu, Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan bahwa forum G20 bukan hanya forum ekonomi, tetapi juga forum peradaban, karena beberapa negara anggotanya adalah negara dengan mayoritas penduduknya beragama muslim seperti Turki, Arab Saudi dan Indonesia.
Untuk menjawab kenapa Indonesia bisa bergabung dalam Forum G20. Hal tersebut salah satunya disebabkan bahwa Indonesia memiliki masyarakat yang majemuk, bersuku-suku dan penganut agama-agama penting di dunia, juga bisa menjadi contoh negara lain tentang bagaimana masyarakat yang majemuk itu bisa hidup secara berdampingan.
Sementara itu, Indonesia juga memiliki potensi ekonomi yang tinggi, baik sumber daya alamnya maupun sumber daya manusianya. Bonus demograsfi yang dialami Indonesia dimana jumlah penduduk usia produktif tinggi dan kelas menengahnya mulai tumbuh pesat menunjukkan pada dunia begitu besarnya potensi yang dimiliki oleh Indonesia.
Setidaknya dalam penyelenggaraan ini akan dilaksanakan 150 pertemuan di 19 kota. Di mana dalam gelaran tersebut akan dihadiri oleh 18 ribu lebih delegasi dari seluruh negara di dunia.
Oleh karenanya, selain menciptakan lapangan kerja, Indonesia juga bisa meningkatkan konsumsi domestik hingga Rp 1,7 triliun. Sehingga hal ini bisa membantu meningkatkan PDB nasional hingga Rp 7,4 triliun.
Magnet ini tentu saja harus bisa dimanfaatkan, apalagi kesempatan Presidensi G20 kali ini menjadikan Indonesia sebagai Tuan Rumah, sehingga kesempatan emas ini jangan sampai dilewatkan agar Indonesia bisa menarik investasi yang kelak akan berdampak pada peningkatan ekonomi dan terserapnya tenaga kerja.
)* Penulis adalah warganet/ kontributor Citizen Journalism
(AN/AA)