Jakarta, jurnalredaksi– Baru-baru ini ilmuwan China melaporkan temuan virus NeoCoV yang diklaim memiliki tingkat kematian dan penularan yang tinggi. Virus ini disebut dapat membunuh 1 dari 3 orang yang terinfeksi. Meskipun demikian, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa virus NeoCoV ini masih perlu diteliti lebih lanjut.
“Apakah virus yang terdeteksi dalam penelitian ini akan menimbulkan risiko bagi manusia akan memerlukan penelitian lebih lanjut,” kata WHO.
Virus ini bukanlah varian baru dari COVID-19 atau SARS-CoV-2, melainkan jenis baru virus Corona yang ditularkan melalui hewan. Nama lain dari NeoCoV adalah Neoromicia Capensis.
“Hewan, khususnya satwa liar merupakan sumber lebih dari 75 persen dari semua penyakit menular yang muncul pada manusia, banyak di antaranya disebabkan oleh virus baru. Virus corona sering ditemukan pada hewan, termasuk pada kelelawar yang telah diidentifikasi sebagai reservoir alami virus. banyak dari virus ini,” ucap WHO.
Virus NeoCoV merupakan kerabat genetik terdekat dari MERS-CoV atau jenis virus Corona lainnya yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan di Timur Tengah.
Sebagaimana diketahui, MERS-CoV pertama kali diidentifikasi di Arab Saudi pada tahun 2012 lalu. Berdasarkan data WHO, sekitar 35 persen pasien yang terinfeksi MERS-CoV meninggal dunia.
Meskipun disebut kerabat genetik dari MERS-CoV dan sangat berpotensi menyerang manusia, namun sampai saat ini, masih belum ditemukan adanya kasus manusia yang terinfeksi dari virus NeoCoV.
Berdasarkan penelitian yang diunggah di bioRxiv oleh ilmuwan China, virus ini dengan mudah dapat mengikat reseptor ACE 2 dalam sel kelelawar untuk menginfeksi hewan tersebut, tetapi tidak efisien untuk mengikat reseptor ACE 2 manusia kecuali terjadi mutasi baru.
“NeoCoV dapat menggunakan reseptor ACE 2 pada kelelawar tetapi mereka tidak dapat menggunakan reseptor ACE 2 manusia kecuali terjadi mutasi baru,” kata dr Shashank Joshi dari gugus tugas COVID di Maharashtra.
Tim peneliti juga menemukan bahwa virus NeoCoV ini tak dapat dihancurkan oleh antibodi dari COVID atau MERS, dan bersifat zoonosis, artinya, ditularkan melalui hewan ke manusia. Penularan tersebut dapat terjadi secara kontak langsung ataupun tidak.
(CA/AA)