Jakarta, jurnalredaksi– Semua elemen masyarakat diharap bekerja sama dalam mencegah penyebaran radikalisme. Kolaborasi semua pihak diyakini akan mengoptimalkan penanganan radikalisme di Indonesia.
Radikalisme, sayangnya, masih bercokol di Indonesia. Kelompok radikal memanfaatkan momen ketika era reformasi dimulai, dan mereka diam-diam masuk ke Indonesia, lalu berusaha melebarkan sayapnya dengan kaderisasi di mana-mana.
Untuk menangani radikalisme dan terorisme maka menjadi tugas dari BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme). Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar beraudensi dengan ormas keagamaan. Dalam pertemuan tersebut, beliau menyatakan bahwa kolaborasi ini sebagai mengembangkan narasi Islam yang moderat dan wasathiyah.
Penyebaran moderasi beragama memang diperlukan, untuk memberi edukasi ke masyarakat bahwa tidak perlu menjadi ekstrim kiri maupun kanan, karena segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Dengan moderasi beragama maka akan mengusir radikalisme, karena masyarakat tidak suka dengan kelompok radikal yang ekstrim kanan.
Ormas keagamaan bisa menyebarkan moderasi beragama karena akhir-akhir ini makin banyak kasus radikalisme dan terorisme. Jangan sampai warga sipil jadi tersesat karena kena bujuk kelompok radikal . Di sinilah ormas keagamaan bertindak, untuk menyebarkan bahwa agama seharusnya membawa kedamaian dan rasa cinta kasih, bukannya permusuhan dan pengeboman seperti yang dilakukan oleh kelompok radikal.
Komjen Pol Boy Rafli Amar melanjutkan, kerja sama dengan ormas keagamaan merupakan implementasi dari skema pentahelix untuk mencegah penyebaran radikalisme. Skema petahelix adalah kerja sama untuk menghalau radikalisme dan terorisme, yang merupakan kolaborasi antara lima pihak: pemerintah, masyarakat, akademisi, media, dan pengusaha. Dalam hal ini, ormas mewakili masyarakat Indonesia.
Dengan skema pentahelix maka diharap penyebaran radikalisme bisa dengan mudah diatasi. Penyebabnya karena ada kerja sama dan jika ada kolaborasi maka suatu masalah bisa dengan cepat diatasi. Pemerintah tidak bisa bergerak sendiri untuk mengatasi radikalisme, oleh karena itu seluruh elemen masyarakat diharap bekerja sama dan membantu, agar kelompok teroris dan radikal bisa dengan cepat diusir dari Indonesia.
Kerja sama tersebut misalnya ketika ada kegiatan yang mencurigakan, maka masyarakat bisa langsung melapor ke pihak berwajib. Bisa jadi memang mereka yang terlalu tertutup atau bahkan terbuka dan menyiarkan tentang jihad dan negara khilafah, merupakan anggota kelompok radikal. Sehingga akan cepat ditangani oleh Densus 88 antiteror untuk diadakan penyelidikan dan penyidikan.
Selain itu, pengusaha juga bisa bekerja sama dengan pemerintah dalam mengatasi radikalisme dan terorisme. Misalnya pengusaha aula atau gedung pertemuan, akan menolak mentah-mentah jika tempatnya akan dijadikan lokasi pertemuan dari anggota radikal dan teroris, atau malah dijadikan tempat untuk baiat. Pengusaha bahan kimia juga menolak anggota kelompok radikal yang akan membeli bahan-bahan untuk membuat bom.
Media juga berperan penting dalam mengatasi radikalisme, karena mereka wajib pro pemerintah. Jangan malah mendukung kelompok radikal karena sama saja menjadi penghianat negara. Media menyiarkan beriat-berita positif dan memviralkan bahwa radikalisme dan terorisme itu salah dan tidak patut ditiru.
Kerja sama dari berbagai elemen masyarakat wajib dilakukan untuk mengatasi penyebaran radikalisme, karena jika ada kolaborasi, akan cepat tertangani. Sebagai warga negara yang baik, jangan mengabaikan lingkungan. Jika ada indikasi bahwa seseorang itu radikal maka laporkan saja ke pihak berwajib. Ini bukanlah suatu fitnah, melainkan usaha untuk mencegah meluasnya radikalisme.
)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers
(AA/AA)