Investasi Hulu Migas di Indonesia Memiliki Prospek Cerah

  • Share

Jurnalredaksi, Jakarta– Investasi hulu migas yang ada di Indonesia ternyata memiliki prospek yang sangat cerah ke depannya. Selain karena melonjaknya permintaan dunia, Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan didukung oleh mudahnya perizinan, sehingga diharapkan pelaku usaha untuk tidak ragu berinvestasi di Indonesia.

Terdapat kabar bahwa telah terjadi peningkatan permintaan belakangan ini yang datang langsung dari Uni Eropa kepada Indonesia mengenai gas alam cair atau yang biasa juga disebut dengan liquefied natural gas (LNG). Hal tersebut sama sekali tidak bisa ditinggalkan dari berbagai upaya yang belakangan juga terus digencarkan dari pihak PT Pertamina (Persero) yang terus menggandeng sejumlah Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) demi proyek pengembangan lapangan migas dengan lebih besar.

banner 336x280

Kondisi sekarang sendiri, pihak Uni Eropa memang sedang benar-benar membutuhkan pasokan gas yang bahkan dalam jumlah cukup besar. Moshe Rizal selaku Direktur Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) menyatakan bahwa setidaknya Benua Biru itu membutuhkan sekitar 25 hingga 40 triliun kaki kubik (trillion cubic feet/TFC) persediaan migas untuk setiap harinya.

Salah satu hal yang mempengaruhi mengapa pihak Uni Eropa sangatlah membutuhkan pasokan migas adalah lantaran adanya konflik Rusia dan Ukraina yang bahkan sampai detik ini masih belum terlihat mereda. Kejadian itu tentunya langsung berdampak pada bagaimana pasokan energi yang selama ini disuplai oleh negara yang dipimpin oleh Vladimir Putin tersebut, sehingga terjadi kelangkaan atau disrupsi pasokan energi di sana.

Perkiraan prospektifitas jangka panjang yang dimiliki oleh sektor hulu minyak dan gas bumi di Indonesia sendiri akan sangat terbantu apabila pada kegiatan eksplorasi bisa terus dioptimalkan. Maka dari itu dari sisi lain, Pemerintah sendiri juga terus memberikan regulasi berupa insentif fiskal serta perincian yang sangat menguntungkan serta mempermudah para Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dalam seluruh kegiatan dalam rangka peningkatan produksi migas.

Beberapa langkah yang dapat menunjang secara teknis dalam eksplorasi yang dilakukan menurut Ira Miriawati selaku Srikandi BPST-1 Pertamina adalah dengan melakukan pengeboran secara masif, pemilihan basin-basin pun tidak boleh sembarangan dan hanya yang benar-benar bagus saja yang digunakan, serta relief dan juga geofisika juga tidak boleh ditinggalkan untuk dilakukan ditambah dengan terus melakukan study GGR demi mendapatkan jumlah sumur yang efisien sehingga penggarapan proyek tersebut langsung tepat sasaran.

Mengenai dengan eksplorasi ini, seorang Mantan Direktur Utama PT Pertamina Hulu Energi (PHE), Meidawati juga memberikan pernyataan yang serupa bahwa sangat penting adanya eksplorasi lantaran tujuan utamanya adalah mengganti apa yang sudah diproduksikan sehingga terus ada keberlanjutan pengelolaan energi.

Lebih lanjut, prospek cerahnya investasi pada hulu migas di Indonesia juga terus didukung dengan adanya peralatan berupa software yang sudah canggih. Lindy F Rorinsulu selaku salah satu Srikandi BPST-1 Pertamina juga menuturkan bahwa sekarang ini Perwira Pertamina bahkan sudah memiliki tangga yang mampu digunakan untuk meraih low hanging fruit lainnya. Terlebih dengan banyaknya potensi seperti cekungan (basins) yang ternyata masih belum banyak dieksplor, tentu akan sangat menguntungkan jika itu semua bisa dikerjakan dengan mengutamakan efisiensi.

Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa memang masa depan industri migas yang ada di Tanah Air sekarang tergantung pada bagaimana aktivitas eksplorasi dan juga bagaimana langkah yang akan diambil oleh Pertamina. Untungnya pihak Pertamina sendiri menurut Nugrahani selaku Mantan Kepala Divisi Eksplorasi SKK Migas dalam salah satu forum, bahwa Pertamina memang terus menunjukkan komitmen dan kerja pastinya.

Sejauh ini peran energi fosil, termasuk di dalamnya minyak dan juga gas bumi memang masih belum bisa digantikan betapa pentingnya, bahkan menjadi salah satu komoditas yang sangatlah vital hingga membuat Uni Eropa pun terus meminta bantuan pada Indonesia. Untuk itu, Mulyanto selaku Anggota Komisi VII DPR dari Fraksi PKS menyatakan bahwa produksi migas memang harus terus didorong karena akan sangat membantu kondisi perekonomian Tanah Air. Terlebih dengan kelangkaan pasokan energi akibat konflik Rusia-Ukraina membuat harga migas menjadi langsung meroket sehingga hal itu sebenarnya sangat menguntungkan Bangsa ini.

Dengan kenaikan harga yang begitu fantastis, kemudian memang kebutuhan suplai dunia juga sedang benar-benar menipis, terlebih Indonesia sendiri terkenal memiliki kekayaan fosil yang melimpah, maka tentu investasi dari seluruh pihak tak terkecuali asing pun bisa diprediksi akan terus meningkat. Bahkan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani pun sempat memberikan apresiasi terkait sektor migas yang memang mampu memberikan tambahan PNBP dan pajak pendapatan negara dengan sangat besar.

Selanjutnya, pihak DPR akan terus mendorong supaya Pemerintah bisa segera mengejar target lifting migas hingga mencapai 1 juta barel per harinya (BPH) dan juga sekitar 12.000 juta kaki kubik perhari (MMscfd), dengan membuat sebuah regulasi yang lebih jelas lagi, bisa juga melalui Peraturan Presiden (Perpres) atau juga dalam bentuk Instruksi Presiden (Inpres) supaya dorongan akan menjadi semakin kuat termasuk dari sisi investasi dan perekonomian Bangsa.

Kebutuhan Uni Eropa yang sampai detik ini memang semakin genting terkait adanya suplai tambahan pada sektor energi, khususnya migas sangatlah menguntungkan bagi Indonesia. Terlebih memang harganya sudah sangat meroket dan stok terus menipis akibat konflik Rusia-Ukraina. Di sisi lain pihak Pertamina pun terus berbenah dengan rancangan peningkatan eksplorasi sehingga akan lebih menunjang masa depan cerah investasi migas di Indonesia.

)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute

(AW/AA)

  • Share