Oleh: Silvia AP )*
Ramadhan adalah bulan suci yang penuh dengan keberkahan, kedamaian, dan kebersamaan. Namun, di tengah suasana yang seharusnya penuh dengan ketenangan dan keharmonisan, terdapat tantangan yang tidak boleh diabaikan, yaitu ancaman radikalisme dan terorisme. Oleh karena itu, menjaga kondusivitas selama Ramadhan menjadi tanggung jawab bersama, baik oleh pemerintah, tokoh agama, masyarakat, maupun individu.
Pentingnya menjaga kondusivitas selama Ramadhan juga berkaitan dengan bagaimana masyarakat merespons berbagai isu yang berkembang. Isu-isu yang memecah belah, seperti politik identitas, ujaran kebencian, serta penyebaran berita hoaks, sering kali menjadi alat bagi pihak-pihak yang ingin mengacaukan ketertiban sosial. Oleh karena itu, diperlukan sikap yang bijak dalam menerima informasi dan tidak mudah terprovokasi oleh isu yang berpotensi menimbulkan perpecahan.
Fenomena radikalisme dan terorisme ini tentu tidak terjadi secara instan, melainkan melalui proses panjang yang melibatkan indoktrinasi, pencucian otak, dan manipulasi terhadap individu atau kelompok yang rentan. Radikalisasi bisa terjadi melalui berbagai saluran, termasuk ceramah keagamaan, media sosial, atau pergaulan dengan kelompok yang memiliki paham ekstrem.
Peran keluarga dalam mencegah penyebaran paham radikal juga sangat penting. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang membentuk karakter dan pola pikir seseorang. Orang tua perlu menanamkan nilai-nilai toleransi, kebersamaan, dan cinta damai kepada anak-anak sejak dini. Dengan begitu, generasi muda dapat tumbuh dengan pemahaman yang lebih terbuka dan tidak mudah terpengaruh oleh propaganda ekstrem.
Selain itu, lembaga pendidikan memiliki tanggung jawab besar dalam membentuk pola pikir siswa agar tidak mudah terpapar ideologi radikal. Pendidikan yang mengedepankan nilai-nilai kebangsaan, keberagaman, serta pemahaman agama yang moderat dapat menjadi benteng yang kuat dalam menghadapi ancaman radikalisme.
Media massa dan media sosial juga memiliki peran strategis dalam upaya menjaga stabilitas selama Ramadhan. Di era digital seperti sekarang, informasi tersebar dengan sangat cepat. Oleh karena itu, media harus berperan sebagai alat edukasi yang menyebarkan pesan-pesan positif, serta menangkal narasi yang berpotensi menimbulkan keresahan di tengah masyarakat.
Pemerintah sebagai pemegang kebijakan juga, memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga ketertiban selama bulan Ramadhan. Upaya yang dapat dilakukan antara lain memperketat pengawasan terhadap kelompok-kelompok yang berpotensi menyebarkan ideologi radikal, menindak tegas pelaku ujaran kebencian, serta menggalakkan program deradikalisasi bagi mereka yang telah terpapar paham ekstrem. Selain itu, kolaborasi antara aparat keamanan, tokoh agama, dan masyarakat perlu diperkuat untuk menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif.
Kapolri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo menekankan pentingnya pengamanan yang optimal agar masyarakat dapat merayakan Idul Fitri 1446 H dengan aman dan nyaman. Kapolri juga menegaskan bahwa setiap Polda harus menindaklanjuti arahan dengan langkah konkret di wilayah masing-masing untuk mengantisipasi berbagai potensi gangguan, di antaranya deteksi dini potensi radikalisme dan terorisme guna mencegah gangguan keamanan selama perayaan Idul Fitri.
Menindaklanjuti arahan Kapolri, Polda Sumsel telah menyiapkan berbagai strategi untuk memastikan keamanan dan kelancaran arus mudik di wilayah Sumatera Selatan. Wakapolda Sumsel Brigjen Pol. M. Zulkarnain menyampaikan bahwa jajaran Polda Sumsel akan mengoptimalkan pengamanan di titik-titik rawan kepadatan lalu lintas, termasuk di jalur lintas timur, lintas tengah, serta jalur alternatif yang sering digunakan pemudik. Selain itu, personel kepolisian akan ditempatkan di pusat perbelanjaan, terminal, stasiun, dan objek wisata untuk mengantisipasi lonjakan kunjungan serta potensi gangguan keamanan.
Di sisi lain, peran tokoh agama juga sangat krusial dalam menjaga kondusivitas Ramadhan. Para ulama, kiai, ustaz, dan pemuka agama lainnya memiliki pengaruh besar terhadap umat. Oleh karena itu, mereka harus menjadi teladan dalam menyebarkan ajaran Islam yang penuh dengan nilai-nilai rahmatan lil alamin, yaitu Islam yang membawa rahmat dan kedamaian bagi seluruh alam. Ceramah dan dakwah yang disampaikan hendaknya berisi pesan-pesan damai, menghindari ujaran kebencian, serta menanamkan sikap saling menghormati.
Kapolresta Bandar Lampung, Kombes Pol Alfret Jacob Tilukay, melakukan silaturahmi ke Pondok pesantren Al Hanif, Teluk betung Timur, Kota Bandar Lampung. Kunjungan ini bertujuan untuk mempererat hubungan antara kepolisian dan lingkungan pesantren serta memberikan imbauan terkait kewaspadaan terhadap paham radikalisme dan terorisme terutama pada bulan Ramadhan. Ia mengingatkan agar berhati-hati dalam menyaring informasi dan tidak mudah terpancing oleh konten yang mengandung unsur provokasi.
Adapun, masyarakat sendiri sebagai komponen utama dalam kehidupan sosial juga memiliki peran aktif dalam menjaga ketenangan selama bulan suci. Solidaritas antarwarga, sikap saling menghormati, serta keterlibatan dalam kegiatan keagamaan yang positif dapat menjadi langkah efektif dalam menangkal paham radikal.
Dengan menjaga kondusivitas selama Ramadhan, masyarakat dapat menikmati ibadah dengan lebih khusyuk dan nyaman. Radikalisme dan terorisme adalah musuh bersama yang harus dilawan dengan pendekatan yang bijaksana dan strategis. Semua elemen masyarakat memiliki tanggung jawab dalam menciptakan lingkungan yang damai, aman, dan harmonis. Dengan semangat persatuan dan kesadaran kolektif, kita dapat menghadapi tantangan ini dan memastikan bahwa Ramadhan tetap menjadi bulan yang membawa kedamaian dan keberkahan bagi semua.
)* Penulis adalah tim redaksi Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Ideas