Menu
Cepat Tepat Terpercaya

Matoa, Buah Khas Papua yang Kaya Manfaat

  • Share

Jakarta, jurnalredaksi– Buah Matoa adalah tanaman buah yang sangat identik dengan Papua. Tanaman ini bisa ditemukan hampir di semua tempat di Pulau Papua.

Jika dilihat bentuk dan rasanya, sekilas seperti buah lengkeng. Bentuk matoa ada yang bulat dan ada juga yang lonjong. Rasa buahnya manis dan enak, serta menjadi salah satu buah favorit di Papua, karenanya diminati banyak orang.

banner 336x280

Di Jayapura, harga buah matoa cukup mahal. Perkilogramnya bisa mencapai 100 ribu – 200 ribu Rupiah. Biasanya, dijual di pingiran jalan.

Tahun 2006, Menteri Pertanian saat itu, Anton Apriantono, mengeluarkan Surat Keputusan Nomor: 160/kpts/SR.120/3/2006 tentang pelepasan matoa Papua sebagai varietas unggul. Dalam surat keputusan tersebut, matoa disebut memiliki keunggulan, seperti daging buah tebal dan mudah lepas dari biji. Rasa buahnya yang manis, merupakan campuran antara rasa kelapa muda, durian, lengkeng serta rambutan. Kulit buahnya relatif tebal dan keras, serta beradaptasi dengan baik di dataran rendah.

Buah matoa dimasukkan dalam buku 100 Spesies Pohon Nusantara Target Konservasi Ex-Situ Taman Keanekaragaman Hayati [2019] karya Hendra Gunawan dari Pusat Litbang Hutan – KLHK.

Matoa memiliki nama ilmiah Pometia pinnata, dengan deskripsi morfologi yaitu pohonnya besar, tinggi mencapai 50 m dan diameter 140 cm. Batang silindris, tegak, warna putih keabuan, permukaan kasar, percabangan simpodial, arah cabang miring hingga datar, bercabang banyak sehingga membentuk pohon yang rindang.

Daun majemuk tersusun berseling, 4-12 pasang anak daun, daun muda berwarna merah cerah, setelah tua menjadi hijau pekat. Anak daun jorong hingga bundar telur, ukuran 30 – 40 cm x 8 – 15 cm. Buahnya bulat atau lonjong dengan panjang 5-6 cm, berwarna hijau, merah bahkan hitam. Biji bulat berwarna cokelat muda.

“Kayunya dapat digunakan untuk bangunan rumah dan jembatan, meubel, lantai, moulding, perkapalan, tangkai peralatan dan alat olah raga. Pepagan/kulit kayu digunakan sebagai bahan obat. Pohonnya yang rindang berfungsi sebagai peneduh dan buahnya bisa dikonsumsi,” tulis Hendra Gunawan dalam bukunya.

Jenis matoa

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian [BPTP] Papua menyebut, masyarakat Papua membedakan matoa berdasarkan tekstur buah/salut biji [arillus]. Matoa kelapa memiliki salut biji yang kenyal, menyerupai selaput bagian dalam kelapa muda serta mudah lepas dari biji dengan diameter buah 2,2-2,9 cm dan diameter biji 1,25-1,4 cm.

Sedangkan matoa papeda memiliki salut biji yang lembek menyerupai kekenyalan dari papeda, yaitu makanan khas orang Papua yang terbuat dari pati sagu, dan lengket dengan diameter 1,4-2,0 cm.

Selain itu, matoa juga dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan warna kulit buahnya, yaitu Emme Bhanggahe [matoa kulit merah], Emme Anokhong [matoa kulit hijau], dan Emme Khabhelaw [matoa kulit kuning].

“Matoa papeda banyak tersebar di bagian barat Papua yaitu Provinsi Papua Barat, sedangkan matoa kelapa lebih banyak tersebar di bagian tengah sampai timur Papua, yaitu Provinsi Papua,” ujar peneliti dari BPTP

BPTP Papua telah melakukan kegiatan karakterisasi pada beberapa aksesi matoa, diantaranya adalah yang tumbuh di kampung-kampung Hebeaibulu, Kelurahan Yoka, Distrik Heram, Kota Jayapura.

Matoa di kampung Hebeaibulu memiliki tinggi pohon 10-15 meter. Batang bulat berkayu berwarna cokelat tua. Daun berwarna hijau tua, berbentuk oblong dengan pangkal tumpul dan ujung meruncing. Daun tebal dengan permukaan berkilau dan licin dengan tulang daun menyirip berwarna hijau.

Buahnya berbentuk bulat lonjong, dengan warna hijau dan permukaan kulit buah licin. Buah tersusun dalam tangkai, dengan satu tangkai terdiri 10-25 buah. Panjang buah sekitar 3 cm, dengan keliling sekitar 7-8 cm. Buah muda keras, setelah masak menjadi lunak ketika ditekan. Berat buah sekitar 35-45 gram dan memiliki rasa manis.

“Masyarakat Papua umumnya melakukan penanaman matoa melalui perbanyakan generatif dengan biji. Melalui perbanyakan ini, matoa mulai berbuah pada umur 4-5 tahun. Matoa bisa diperbanyak dengan cara cangkok, yang menjadikan umur berbuah menjadi singkat, yakni umur 2-3 tahun. Seperti kebanyakan buah tropis, matoa memiliki masa panen pada Oktober-Desember.”

Kajian

Hasil kajian yang dilakukan Hamzah, dkk [2021], dirilis di Jurnal Farmasi Sains dan Praktis, menyebutkan kalau hampir seluruh bagian tanaman matoa bisa dimanfaatkan sebagai obat seperti daun, buah, kulit batang, kulit buah dan akarnya.

Berdasarkan analisis fitokimia ditemukan adanya kandungan senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, tanin, dan terpenoid pada ekstrak etanol kulit batang matoa.

Kesimpulan mereka menunjukkan bahwa matoa mengandung vitamin C yang dapat digunakan sebagai antioksidan. Antioksidan berfungsi untuk meningkatkan imunitas tubuh dengan cara melawan atau menantang radikal bebas dalam tubuh.

Berdasarkan beberapa penelitian diketahui bahwa pada ekstrak batang dan kulit matoa memiliki nilai aktivitas antioksidan yang tergolong kuat.

Dilansir dari situs kesehatan halodoc.com, khasiat buah matoa Papua adalah mampu melawan infeksi virus. Sebab, kandungan nutrisi dalam buahnya dapat membantu melawan infeksi virus pada tubuh. Ada banyak jenis virus yang bisa menyerang tubuh dan meningkatkan risiko penyakit.

Dengan mengonsumsi buah yang kaya kandungan vitamin C dan antioksidan, seperti matoa, bisa membantu meningkatkan kekebalan tubuh, sehingga kita memiliki kemampuan untuk melawan infeksi virus penyebab penyakit.

Selain itu, buah matoa juga mampu meredakan stres, menambah energi, menyehatkan jantung, dan membuat kulit lebih sehat.

(CA/AA)

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *