Jakarta, jurnalredaksi– Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) memberikan alarm peringatan mengenai varian Omicron. Organisasi global itu menegaskan bahwa Omicron tidak boleh dipandang remeh.
Dalam sebuah pernyataan pers, Kepala ilmuwan WHO Soumya Swaminathan mengatakan bahwa Omicron menyebar lebih cepat daripada varian Delta dan menyebabkan infeksi pada orang yang sudah divaksinasi atau yang telah pulih dari Covid-19. Ini dikhawatirkan dapat menambah beban bagi fasilitas kesehatan.
Direktur WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus menyarankan dengan adanya varian Omicron yang telah ditemukan hampir di 90 negara, otomatis kegiatan masyarakat pun lebih baik dibatasi. Ini untuk menekan agar tidak terjadi ledakan kasus menjelang libur Natal dan tahun baru.
Meski begitu, WHO mengatakan bahwa di tahun 2022 mendatang sudah mulai muncul tanda-tanda akhir dari pandemi. Ini menunjuk pada pengembangan vaksin generasi kedua dan ketiga, dan pengembangan lebih lanjut dari perawatan antimikroba dan inovasi lainnya.
“(Kami) berharap untuk menyerahkan penyakit ini ke penyakit yang relatif ringan yang mudah dicegah, yang mudah diobati,” Mike Ryan, pakar darurat utama WHO, mengatakan pada pengarahan tersebut.
“Jika kita dapat menekan penularan virus seminimal mungkin, maka kita dapat mengakhiri pandemi.”
Sebelumnya sebuah penelitian di Inggris mengungkapkan belum ada bukti Omicron tidak lebih berbahaya dari Delta. Penelitian yang dilakukan Imperial College London itu memperoleh kesimpulan ini dari analisis data Badan Keamanan Kesehatan Inggris tentang semua kasus Covid-19 yang dikonfirmasi melalui PCR antara 29 November dan 11 Desember.
“Studi ini tidak menemukan bukti Omicron memiliki tingkat keparahan yang lebih rendah daripada Delta, dinilai dari proporsi orang yang dites positif yang melaporkan gejala, atau dengan proporsi kasus yang mencari perawatan di rumah sakit setelah infeksi,” ujar tim yang dipimpin profesor Neil Ferguson itu dalam rilisnya, dikutip Selasa (21/12/2021).
Varian Omicron sendiri telah dimasukkan sebagai “variant of concern” atau varian yang sedang dalam perhatian khusus oleh WHO. Badan PBB itu menyebut masih akan melakukan pendalaman terkait virus yang membawa 32 mutasi pada protein lonjakannya itu.
Jumlah mutasi tersebut membawa ketakutan bahwa virus itu dapat menjadi lebih berbahaya dibandingkan varian lainnya. Bahkan, satu kasus kematian telah ditemukan di Inggris dengan beberapa meninggal lain sebagai suspek (terduga) Omicron.
(CA/AA)