Jakarta, jurnalredaksi– Pemerintah China menerapkan ‘lockdown’ di kota Xian, setelah kasus COVID-19 meningkat di kota berpenduduk 13 juta orang tersebut. Jumlah kasus harian meningkat selama enam hari berturut-turut sejak 17 Desember, menurut laporan pada hari Jumat (24/12). Pengumuman ‘lockdown’ juga memicu kepanikan warga yang memborong barang-barang.
Media milik Pemerintah China melaporkan semua warga diperintahkan tinggal di rumah, kecuali jika memiliki alasan mendesak. Hanya satu orang dari setiap rumah tangga yang diizinkan keluar setiap dua hari untuk membeli keperluan rumah tangga. Tapi sejumlah warga mempertanyakan apakah satu orang per keluarga itu akan benar-benar boleh keluar rumah.
“Manajemen kompleks perumahan mengatakan kami bisa keluar rumah jika punya hasil tes PCR selama 48 jam terakhir. Tapi bagaimana kami bisa tes kalau tidak bisa keluar?” demikian salah satu unggahan di media sosial Weibo.
“Tidak ada tempat tes di kompleks perumahan! Benar-benar kebijakan yang kontradiktif!” tambahnya.
Pada Jumat pagi, Xian melaporkan 52 kasus baru COVID-19 yang ditularkan secara lokal dalam 24 jam terakhir. China mengadopsi langkah pengendalian pandemi yang ketat, dengan kebijakan “nol penularan”, sehingga ‘lockdown’ dan tes massal sering dilakukan. Langkah-langkah tersebut semakin ditingkatkan dalam beberapa hari terakhir menjelang dimulainya Olimpiade Musim Dingin yang akan digelar di Beijing pada 4 Februari mendatang.
Warga kota Xian, kota tempat ditemukannya ribuan patung terakota, tidak diizinkan meninggalkan kota, kecuali dalam keadaan darurat. Stasiun bus jarak jauh telah ditutup dan pos pemeriksaan dipasang di jalan raya menuju kota. Sejumlah besar penerbangan dari bandara Xian juga telah dibatalkan. Warga Xian, Siyu Zhang, mengatakan kepada ABC jika hotel tempat dia biasanya bekerja sekarang digunakan sebagai fasilitas karantina. Pria berusia 29 tahun itu mengatakan dia berharap wabah itu bisa diatasi dengan cepat.
“Belum jelas kapan lockdown akan berakhir, ini masih dalam periode wabah dengan puluhan kasus baru setiap hari,” kata Siyu.
“Tapi, berdasarkan pengalaman sebelumnya, kami berharap semoga bisa diatasi dalam seminggu,” ujarnya. Siyu mengaku tidak khawatir dengan kebutuhan sehari-hari, karena ada jaminan dari pemerintah. Namun karena situasi yang tidak pasti, keluarga Zhang memutuskan untuk tinggal di Xian hingga perayaan Tahun Baru Imlek. Sejumlah warga yang panik mulai memborong barang di toko, meski Pemerintah China menjamin pasokan kebutuhan sehari-hari akan ditambah pada hari ini.
“Masalahnya keluarga kami yang terdiri dari tiga orang bergantung pada penghasilan istri saya sebesar RMB2.000 [kurang dari Rp4,5 juta] per bulan untuk bertahan hidup. Bagaimana kami hidup sekarang?” ujar pengguna lainnya. Banyak pula pengguna jejaring sosial di China yang mempertanyakan kapan ‘lockdown’ dan pandemi COVID-19 akan berakhir. ‘Lockdown ‘di Xian menjadi salah satu yang paling ketat sejak Pemerintah China memberlakukannya terhadap 11 juta penduduk kota Wuhan pada tahun 2020.
(CA/AA)