Jakarta, jurnalredaksi– Indonesia sebagai presidensi KTT G20 memiliki banyak keuntungan, di antaranya pada bidang ekonomi. Dengan penyelenggaraan forum internasional ini maka akan meningkatkan konsumsi domestik serta mempromosikan pariwisata di negeri ini, sehingga meningkatkan devisa negara.
Saat pandemi, kita bagai kebagian ‘durian runtuh’ karena ditunjuk sebagai presidensi G20 tahun 2022, setelah pada tahun sebelumnya dipegang oleh Italia. Bagaimana tidak? Pemerintah sedang berjuang untuk mengatasi dampak Corona di bidang ekonomi, lalu menjadi tuan rumah KTT G20 yang jelas menguntungkan di bidang ekonomi. Kepercayaan dari forum G20 terhadap Indonesia benar-benar bisa memakmurkan.
Ada beberapa dampak positif KTT G20 terhadap perekonomian Indonesia. Pertama, akan ada penambahan produk domestik bruto alias PDB hingga 533 juta dollar. Hal ini dinyatakan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani. Produk domestik bruto adalah jumlah atas produksi barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam kurun waktu tertentu.
Dampak positif KTT G20 di Indonesia yang kedua adalah penyerapan tenaga kerja, bahkan sampai 33.000 orang. Mereka ditempatkan di berbagai sektor yang akan menunjang kelancaran KTT. Penyerapan tenaga kerja amat bagus karena bisa mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia. Apalagi saat pandemi banyak warga yang kehilangan pekerjaan akibat perusahaannya merugi.
Sedangkan dampak positif yang ketiga adalah kerja sama dengan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Selama ini pengusaha kecil dan menengah agak tersendat-sendat bisnisnya akibat efek pandemi global. Akan tetapi ketika ada gelaran KTT G20 maka mereka digandeng pemerintah, sehingga usahanya bisa berjalan lagi. Nantinya suvenir dan barang-barang penunjang lain untuk KTT bisa diproduksi oleh UMKM.
UMKM wajib diselamatkan oleh pemerintah karena 90% usaha di negeri ini adalah dalam level kecil dan menengah. Jika UMKM selamat maka perekonomian negara juga selamat. Jadi, KTT G20 adalah momen bagus untuk mmenyehatkan pengusaha kecil dan menengah sekaligus menggulirkan lagi roda perekonomian negara.
Selanjutnya, KTT G20 bisa meningkatkan lagi sektor pariwisata. Rangkaian G20 sengaja diadakan di banyak tempat, mulai dari Jakarta, Bali, hingga Papua Barat. Pemerintah sengaja membuat venue yang berbeda-beda karena ingin menyajikan kecantikan alam masing-masing daerah yang khas.
Para peserta KTT G20 dan W20 akan melihat betapa uniknya Jakarta metropolitan, kekayaan kultural di Pulau Dewata, serta eksotisme alam di Bumi cendrawasih. Masing-masing memiliki kekhasan tersendiri. Nantinya peserta G20 akan berwisata setelah acara usai atau setelah pandemi selesai, karena mereka melihat dengan mata kepala sendiri, betapa indahnya Indonesia.
Sektor pariwisata benar-benar bisa dijual pada KTT G20 karena otomatis para peserta akan update status di akun media sosialnya masing-masing dan menampakkan keelokan alam Indonesia. Secara tidak langsung, mereka mempromosikan pariwisata negeri ini ke followersnya yang notabene warga negaranya sendiri. Nanti WNA tersebut juga ingin liburan ke Indonesia karena tahu bahwa di sini aman dan nyaman untuk para turis.
Sedangkan manfat KTT G20 yang terakhir adalah bisa meningkatkan investasi. Para peserta KTT ada yang berasal dari negeri yang kaya-raya seperti Kerajaan Saudi Arabia. Nantinya sang raja akan berkenan untuk menambahkan investasi di Indonesia karena yakin bahwa negara kita punya potensi yang bagus, dengan kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia.
KTT G20 bukan hanya forum untuk pertemuan dari perwakilan 20 negara anggota, akan tetapi juga punya banyak sekali manfaat untuk Indonesia. Dengan menjadi tuan rumah, maka pendapatan pemerintah akan bertambah, sektor UMKM juga terselamatkan karena digandeng menjadi rekanan. Selain itu sektor pariwisata dan investasi juga bisa dijual agar menambah devisa negara.
)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers
(SA/AA)