Jakarta, jurnalredaksi– Inter parliamentary union atau IPU akan diselenggarakan di Bali, tanggal 20 hingga 24 Maret 2022. Pada forum internasional ini, penyelenggara akan menggunakan sistem bubble, sehingga lebih aman dari corona.
Pandemi belum selesai dan kita belum tahu kapan berakhirnya. Di masa pandemi, Indonesia menjadi tuan rumah bagi dua forum internasional, yakni Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 dan inter parliamentary union. Masyarakat tidak usah khawatir karena walau ada ancaman omicron, inter parliamentary union diselenggarakan dengan sistem bubble, sehingga dipastikan 100% bebas corona.
Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen DPR RI Fadli Zon menyatakan bahwa IPU akan dielenggarakan di Nusa Dua, bali, dengan sistem gelembung alias bubble. Para peserta akan disesuaikan dengan gelembung alias grupnya. Sehingga tidak perlu ada karantina. Jika ada karantina maka dikhawatirkan terlalu banyak makan waktu padahal acara hanya tiga hari, dan jadwal mereka sibuk sekali.
Namun, Fadli menambahkan, walau tanpa karantina semua prosedur di IPU harus dengan protokol kesehatan yang ketat. Juga ada tes swab setiap hari. Dalam artian, semuanya masih harus memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, dan berdisiplin prokes 10M. Tes swab juga diwajibkan, sehingga dipastikan acara aman dari corona.
Memang menyelenggarakan acara di saat pandemi memiliki resiko. Akan tetapi kita bisa meminimalisir dengan sistem bubble, prokes ketat, dan tes swab harian. Jika ada sistem bubble maka juga meminimalisir kerumunan karena yang mengadakan pertemuan adalah grup-grup dengan jumlah kecil. Mereka juga bisa menjaga jarak minimal satu meter karena jika yang rapat hanya sedikit, maka antar kursi bisa diberi jarak.
Dengan sistem bubble maka delegasi dari negara-negara anggota IPU tidak bisa keluyuran seenaknya ketika acara masih berlangsung. Mereka wajib berdisiplin dan sadar bahwa saat ini masih pandemi. Sehingga harus menaati aturan yang berlaku.
Pandemi tidak menghalangi berlangsungnya IPU karena kita tidak mungkin membatalkannya begitu saja, mengingat pentingnya acara ini. Penyebabnya karena di IPU akan ada berbagai pembicaraan mengenai isu-isu internasional, yang akan berpengaruh pada hubungan bilateral dan pergaulan internasional. Lagipula kita belum tahu kapan pandemi akan berakhir karena kenyataannya corona masih ada.
IPU yang tahun ini memasuki forum ke-144 bertema Getting Zero: Mobilizing Parliament to Act on Climate Change. Jadi, nantinya akan dibahas tentang isu perubahan iklim sehingga semua negara peserta IPU akan lebih sadar untuk cinta bumi. Kita tidak mau lapisan ozon makin menipis dan es di kutub mencair akibat pemanasan global. Oleh karena itu Indonesia mempromosikan energi hijau sebagai energi baru terbarukan.
Indonesia mempromosikan biofuel dan energi baru terbarukan lain seperti tenaga bayu (angin) dan matahari. Diharap dengan contoh-contoh ini maka akan ditiru, sehingga perubahan iklum bukan hanya ramai di surat kabar, tetapi benar-benar diatasi oleh neagra-negara lain. Sehingga bumi makin hijau dan tidak kacau-balau.
Selain itu, pada IPU tahun ini juga akan dibicarakan tentang cara mengatasi pandemi global. Sehingga tidak ada ketimpangan antara negara miskin dan kaya. Nantinya negara yang sudah maju, delegasinya akan terketuk hatinya, lalu memberi bantuan. Misalnya dengan pemberian vaksin, alat kesehatan, dll.
IPU adalah acara yang penting sehingga tidak bisa di-cancel. Akan tetapi untuk mengatasi resiko corona maka dielenggarakan dengan sistem bubble. Protokol kesehatan juga dilakukan dengan ketat dan ada tes swab setiap hari, sehingga diharapkan dapat menekan potensi penularan Covid-19.
)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute
(KS/AA)