Jakarta, jurnalredaksi– Aparat Keamanan telah menangkap sekitar 16 orang di Sumatera Barat pada 25 Maret 2022. Masyarakat mengapresiasi penegakan hukum tersebut demi menciptakan Ramadhan yang aman tanpa gangguan teror.
Ramadhan tahun 2022 ini masih dijalani dengan keadaan prihatin karena masih pandemi. Namun walau masih ada Corona, pemerintah berusaha membuat keadaan bulan puasa yang aman. Baik dari penyakit maupun dari kelompok yang mengganggu ketentraman warga. Oleh karena itu, dilakukan tindakan preventif agar bulan puasa tidak diganggu oleh teroris.
Tindakan preventif yang dimaksud adalah penangkapan teroris agar mereka tidak mengotori kesucian Ramadhan. Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Ahmad Ramadan menyatakan, “Tim Densus 88 antiteror telah melakukan penangkapan terhadap 16 teroris di daerah Sumatera Barat. Tepatnya di Payakumbuh, Tanah Datar, dan Dharmasraya. Penangkapan diakukan tepat sebelum jumatan.”
Penangkapan ini cukup membuahkan hasil. Sebelumnya Densus 88 antiteror telah menangkap 5 orang teroris. Sedangkan tahun 2022 ini penangkapan teroris meningkat dan belum bisa dihitung karena tahunnya belum habis. Namun masyarakat bisa melihat kinerja dari Densus, karena dari tahun 2020 teroris yang ditangkap ada 232 orang. Sedangkan tahun 2021 ada 370 yang berhasil dicokok.
Masyarakat mengapresiasi penangkapan teroris karena tujuannya memang untuk mengamankan Ramadhan. Jangan sampai kesucian bulan ini malah dirusak oleh aksi pengeboman yang dilakukan oleh mereka. Akan sangat mengerikan jadinya karena jika ada pengeboman maka yang rusak bukan hanya bangunannya, tetapi juga bisa ada korban luka dan korban jiwa.
Teroris memang harus ditangkap karena mereka menggunakan cara-cara kekerasan. Jangan sampai kekerasan ini malah membuat suasana Ramadhan jadi runyam karena masyarakat takut untuk keluar rumah. Di masa pandemi yang bersamaan dengan bulan puasa, kita butuh ketenangan, dan salah satu cara mewujudkannya adalah dengan penangkapan teroris.
Ketika masih ada teroris maka mereka bisa saja melakukan pengancaman, teror, dan juga rencana pengeboman. Padahal kita butuh ketenangan untuk bekerja dan berpuasa saat siang dan salat tarawih saat malam. Untuk mewujudkan keamanan dan ketenangan maka teroris ditangkap oleh Densus 88 antiteror, demi keselamatan rakyat sipil. Saat tidak ada ancaman teroris maka Ramadhan akan berlangsung dengan damai dan ibadah lancar.
Penangkapan teroris memang tepat dilakukan sebelum Ramadhan karena memang mereka menggunakan momen bulan puasa, idul fitri, dan hari istimewa lain untuk unjuk gigi. Cara unjuk kekuatan tentu dengan menebar teror. Daripada nanti ada banyak serangan di bulan puasa lebih baik menangkap teroris sejak awal.
Penangkapan teroris memang diperbolehkan karena mereka yang melanggar hukum terorisme. Bukankah lebih baik mencegah terjadinya kerusakan daripada mengobati? Jadi lebih baik para teroris dicokok agar tidak bisa mengacau, daripada dibiarkan lalu ada pengeboman di mana-mana.
Jika teroris di Sumbar ditangkap maka jadi peringatan bagi kelompok teroris di daerah lain. Janganlah mereka bermain-main dengan Densus karena aparat hanya menjalankan tugasnya untuk menjaga kedaulatan negara. Ketika ada teroris yang ditangkap maka diharap jadi shock therapy sehingga kelompok teroris di daerah lain atau yang berasal dari jaringan lain akan membatalkan aksinya.
Masyarakat mengapresiasi penangkapan teroris karena dilakukan beberapa hari sebelum Ramadhan. Kesucian bulan puasa memang harus dijaga. Oleh karena itu amat wajar jika Densus 88 antiteror melakukan tindakan preventif dengan menangkap 16 teroris di Sumatra Barat. Dengan penangkapan ini maka diharap seluruh muslim bisa menjalankan puasa dan ibadah lain saat Ramadhan tanpa takut akan ancaman teroris.
)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers
(MY/AA)