Jakarta, jurnalredaksi– Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) dan Aliansi Mahasiswa Indonesia (AMI) rencananya akan menggelar Kongres Rakyat pada 18 April 2022. Berkaca pada pengalaman sebelumnya, Kongres Rakyat juga rentan ditunggangi provokator, sehingga sebaiknya dibatalkan saja.
Pandemi belum berakhir dan sejak awal pandemi Kepolisian RI sudah menegaskan bahwa unjuk rasa dilarang keras karena mengumpulkan massa. Begitu pula dengan keramaian lain seperti kongres, jika melanggar akan dibubarkan karena tidak mematuhi protokol kesehatan. Namun di tengah pandemi dan bulan Ramadhan, BEM UI dan AMI nekat menyelenggarakan kongres rakyat.
Kongres rakyat akan diadakan tanggal 18 April 2022 dan dilanjutkan dengan demonstrasi beberapa hari selanjutnya. Mereka beralasan bahwa kinerja pemerintah kurang memuaskan. Selain itu mereka memprotes kenaikan harga bahan bakar minyak dan tidak menyetujui presiden 3 periode.
Masyarakat menolak mentah-mentah rencana kongres rakyat. Pertama, untuk masalah penundaan Pemilu atau 3 periode itu hanya isu yang sengaja dilontarkan oleh para oknum. Nyatanya Presiden Jokowi sudah berkali-kali menegaskan bahwa beliau adalah warga negara yang taat konstitusi sehingga tidak mau dipiliih kembali. Masyarakat jangan percaya akan isu-isu panas di luar sana karena bisa jadi fitnah yang panas.
Kongres rakyat bisa saja ditunggangi oleh provokator dan mereka sengaja memanas-manasi mahasiswa tentang isu 3 periode. Padahal Presiden Jokowi sudah memberi jadwal Pemilu tahun 2024 yakni tanggal 14 Februari 2024. Itu adalah bukti bahwa tidak ada penundaan pemilihan umum dan beliau jelas tidak mau menjadi calon lagi karena memang dalam UU disebutkan bahwa seorang presiden maksimal dipilih 2 periode.
Kongres Rakyat rentan disusupi provokator, sehingga aksi akan panas dan demonstrasi lanjutannya berakhir dengan ricuh. Tidak hanya sekadar berindak anarki seperti membakar ban, tetapi mahasiswa yang emosi karena sudah terpengaruh bisa melakukan hal-hal negatif lain seperti merusak fasilitas umum. Tentu akan ada banyak kerugian materiil dan masyarakat juga rugi karena jalanan macet dan mereka jadi terlambat sampai di tujuan.
Politisi Masinton Pasaribu mengingatkan bahwa tiap gerakan (termasuk kongres) yang dilakukan oleh mahasiswa harus fokus pada isu kerakyatan, bukannya bergeser pada isu politik. Dalam artian mahasiswa wajib untuk tenang dan tidak terpengaruh akan persoalan politik di negeri ini. Mereka memang agen perubahan tetapi jangan sampai ditunggangi oleh lawan politik.
Kongres rakyat juga diadakan dengan alasan memprotes kenaikan harga Bahan Bakr Minyak (BBM). Memang ada perubahan harga pada BBM jenis Pertamax tetapi naiknya juga hanya sedikit. Lagipula kenaikan harga BBM juga karena naiknya harga minyak dunia yang saat ini lebih dari 100 dollar per barrel.
Amatlah wajar jika harga minyak dunia naik maka harga BBM di Indonesia juga disesuaikan. Pasalnya, anggaran dari pemerintah hanya berkisar 65 dollar per barrel. Sehingga mau tak mau harganya juga dinaikkan. Kenaikan ini terjadi karena situasi panas akibat invasi Rusia ke Ukraina, sementara di Rusia adalah kilang minyak yang besar dan menyuplai ke berbagai negara lain di dunia.
Mahasiswa yang sudah dewasa dan paham geopolitik global, serta bisa berhitung dengan lancar, seharusnya memahami ini. Mereka wajib mengerti bahwa pemerintah tidak memilih opsi subsidi karena bisa memperberat hutang negara.
Oleh karena itu Kongres Rakyat sebaiknya dibatalkan saja. Pertama, berpotensi dibubarkan oleh Tim Satgas Covid-19 karena acara tidak sesuai dengan protokol kesehatan. Kedua, acara ini bisa ditunggangi oleh provokator dan berubah jadi ajang perpolitikan. Mahasiswa harus sadar dan jangan sampai ditunggangi oleh para oknum.
)* Penulis adalah kontributor Nusa Bangsa Institute
(NI/AA)